01. Berkata Fudhail Bin 'Iyadh: “Seorang ‘Aalim itu masih dianggap Jaahil
(bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan
ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Aalim.” (Iqtidhaa al-'Ilm
al-'amal, hal 37)
902. Berkata Ibnu Umar: “Kami (para sahabat)
pada zaman Rasulullah saw. suka tidur di masjid, kami tidur qailulah (tidur
tengah hari) di dalamnya, dan kami pada waktu itu masih muda-muda.” (Fiqh
Sunnah, Juz I, 213)
903. Ulama salaf pernah berkata: “Amal-amal
kebajikan bisa dilakukan oleh setiap orang, baik yang shalih maupun yang fajir
(jahat). Sedangkan maksiat, hanya orang-orang shiddiq (bertakwa) saja yang mampu
meninggalkannya.”
904. Imam Adz-Dzahabi menceritakan bahwa Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhu pernah dalam sebuah majelis mendapatkan 30.000 dinar.
Tapi dalam bulan berikutnya ia tidak memakan sepotong dagingpun, itu semua
karena hartanya habis diinfakkan. (Siyar A’lam An-Nubala': 3/128)
905. Ulama mengatakan: “Barangsiapa tidak
mampu menjaga nafsunya, maka tidak bermanfaat ilmunya.” Dikatakan pula: “Jika
engkau tidak melawan hawa nafsumu, Ia akan mengantarkanmu kepada sesuatu yang
dapat menghancurkanmu.”
906. Ibnu ‘Abbas Radhiallahu anhu mengatakan:
“Barangsiapa yang suka menjadi orang terkaya, maka hendaklah dia lebih yakin
terhadap apa yang ada di tangan ALLAH daripada apa yang ada di tangannya.” (Al
Hilyah:3/218-219, Musnad Asy Syihab:367-368)
907. Sufyan bin Husain al-Wasithi berkata:
“Aku bercerita mengenai keburukan seorang lelaki di hadapan Iyas bin al-Muzani,
seorang tabi'in yang menjadi hakim Basrah. Maka ia menatap wajahku dan
mengatakan: Engkau pernah ikut berperang melawan Rom? Aku mengatakan: Tidak.
Bagaimana dengan Sind (sekarang Pakistan), India, dan Turki? Aku mengatakan:
Tidak. Bagaimana bisa selamat darimu Rom, Sind, India, dan Turki namun tidak
selamat darimu saudaramu Muslim?” Sejak dari itu Sufyan bin Husain al-Wasithi
tidak pernah menceritakan aib orang lain kepada manusia dan menghebahnya.
(al-Bidayah wa al-Nihayah, 9/336)
908. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Cinta yang
bermanfaat ada 3 macam, yakni: Cinta kepada Allah, saling mencintai karena
Allah, dan cinta yang dapat memotivasi diri untuk melakukan ketaatan kepada
Allah dan menjauhi kemaksiatan. Demikian juga cinta yang berbahaya ada 3 macam,
yaitu: Mencintai sesuatu setaraf dengan kecintaan kepada Allah, mencintai apa
yang dibenci Allah, dan mencintai sesuatu yang dapat memutuskan dan mengurangi
kecintaan kepada Allah.” (Ighatsatul Lahfan, hal. 512)
909. Abdur-Razzaq mengeluarkan satu riwayat
daripada ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Tidak dapat tidak bagi
setiap lelaki Muslim untuk mempelajari (sekurang-kurangnya) enam surah: dua
surah untuk solat Subuh, dua surah untuk solat Maghrib dan dua surah untuk solat
Isyak.” (Kanzul-Ummal, 1/217)
910. Dr. Yusuf al-Qaradawi mengatakan: “Dakwah
adalah usaha membawa orang lain kepada agama Islam, supaya mengikut petunjuk
agama ini, melaksanakan segala ketetapannya di muka bumi ini, mengkhususkan
segala bentuk penghambaan diri, permohonan dan taat kepada Allah sahaja,
melepaskan diri dari segala kongkongan yang bukan daripada Allah (taghut) yang
terpaksa dipatuhi, memberi hak kepada orang lain yang ditentukan hak oleh Allah,
menyeru kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran, dan bejihad pada
jalan-Nya.”
911. Dr. Ra'uf Shalabi mengatakan: “Dakwah
Islamiah itu ialah gerakan membawa atau mengubah masyarakat daripada keadaan
kekufuran kepada keadaan keimanan, daripada keadaan kegelapan kepada keadaan
cahaya dan daripada keadaan sempit kepada keadaan lapang, di dunia dan di
akhirat.”
912. Iblis juga menyiapkan pasukan khusus yang
dikomandani oleh anaknya sendiri bernama Al-A’war. Mujahid bin Jabr, murid utama
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya bernama
Al-A’war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat zina dan
menghiasinya agar nampak baik dalam pandangan manusia. (Talbisul Iblis, Ibnu
Al-Jauzy, hal. 41)
913. Ingatlah mati ketika solatmu.
Sesungguhnya apabila seseorang mengingati mati di dalam solatnya, dia akan
memperbaiki solatnya. (al-Baihaqi dalam az-Zuhud al-Kabir: 533)
914. Ali Radhiallahu anhu mengatakan:
“Sesungguhnya ada hal yang paling aku khawatirkan atas kalian, yakni mengikuti
hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu bisa mengakibatkan
orang menyimpang dari kebenaran, sementara panjang angan-angan bisa menjadikan
orang lupa akan akhirat.” (HR al-Baihaqi dalam Sya'b al-Iman,
VII/369)
915. Mufti Muhammad Taqi Usmani Hafizahullah
berkata: “Para Sahabat R.Anhum tidak percaya bahawa adanya sunnah yang tidak
penting dan signifikan. Setiap sunnah Nabi Muhammad S.A.W dan kemuliaannya serta
kejayaan ada di dalam keyakinan mereka. Jadi adalah menjadi tanggungjawab setiap
muslim untuk belajar dan mengamalkan sunnah Nabi Muhammad S.A.W tanpa membezakan
mana satu yang penting ataupun kurang penting..” (Islahi Khutbaat)
916. Imam Hasan al-Bashri Rahimahullah
mengatakan: “Ketahuilah kezaliman penguasa adalah kemurkaan dari kemurkaan
Allah. Kemurkaan Allah tidaklah dihadapi dengan pedang(emosi), akan tetapi
dengan takwa(amalan), tolaklah dengan do'a, taubat dan menjauhkan dosa.” (Adab,
al-Hasan al-Bashri hal. 119)
917. “The first objective in this effort is
the tabdeeli of yakeen [correction of yakeen]. Without imaan there is no amaal,
without imaan there is no reward for actions, without strong imaan there will be
no istikamat[consistancy] on amaal.” - Maulana Muhammad Saad
918. Maulana Zubair bercerita dinasehati oleh
Maulana Zakariyya Rah.A: “Wahai Zubair, syarat orang agar bisa berhasil dalam
usaha dakwah ini adalah Tawadhu, merasa dirinya ini tidak punya apa-apa. Hanya
karena pertolongan Allah saja semua ini bisa terjadi. Tetapi ini Zubair tidak
boleh hanya di mulut saja, saya ini lemah, saya ini fakir, tapi hatinya saya ini
hebat, saya ini karkun kuat, ahli mujahaddah.. jangan yang seperti itu, ini
tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tapi memang ditanamkan dalam hati kita
memang kita tidak punya apa-apa, hanya Allahlah yang punya
segalanya.”
919. Luqman Al-Hakim berkata kepada anaknya:
“Wahai anakku, ada tiga perkara yang tidak dapat diketahui kecuali pada tiga
tempat : Tidak diketahui seorang yang lembut kecuali pada saat dia marah; tidak
diketahui seorang yang pemberani kecuali pada saat perang; dan tidak diketahui
seorang saudara kecuali pada saat kita membutuhkannya.” (Al-Adab Asy-Syar'iyyah
: 3/534)
920. Hazrat Maulana Muhammad Taqi Usmani
Hafizahullah pernah berkata: “Para Sahabat R.Anhum tidak percaya bahawa adanya
sunnah yang tidak penting dan signifikan. Setiap sunnah Nabi Muhammad S.A.W dan
kemuliaannya serta kejayaan ada di dalam keyakinan mereka. Jadi adalah menjadi
tanggungjawab setiap muslim untum belajar dan mengamalkan sunnah Nabi Muhammad
S.A.W tanpa membezakan mana satu yang penting ataupun kurang penting.” (Islahi
Khutbaat)
921. Hazrat Maulana Shah Abrarul Haq Hardoi
Rahimahullah pernah berkata: “Apabila seorang doktor memberi suntikan kepada
seorang putera raja, dia tidak akan sekali-kali merasakan dirinya besar dari
putera raja itu. Dalam maksud yang sama, apabila seseorang bercakap tentang
islam, tidak harus ia merasakan dirinya besar dan lebih pandai dari para
pendengar. Berkenaan tentang kemahiran seseorang itu dalam sesuatu bidang
sebagai hampir sempurna ialah dibenarkan, tetapi berkenaan merasakan dirinya
besar dan lebih pandai ialah haram. Ini adalah kerana kriteria dan kelebihan
seseorang itu ialah di dalam penilaian dan penerimaan dirinya oleh Allah S.W.T
(Qubuliyat inda'Allah) yang mana ianya tidak akan didapati dan diketahui di
dunia ini.” (Malfoozat)
922. al-Ahnaf pernah berkata, Umar
al-Khaththab mengatakan kepada kami: “Fahamilah agama sebelum memegang
kekuasaan.” Sufyan menjelaskan perkataan ‘Umar tersebut: “Kerana jika seseorang
telah memahami agama, dia tidak akan berhasrat terhadap kekuasaan.” (Shifah
ash-Shafwah, 2/236)
923. “A'maal e Da'wat A'maal e nabuwwat
hai!!!” - Moulana Saad khandalvi
924. Ada orang yang berkata: “Aku pernah
mencela seseorang yang telah hilang sebagian giginya. Lalu gigiku pun lenyap
semuanya!” (Al-Adab asy-Syar’iyyah : 1/341, Ibnu Muflih)
925. al-Kisa’i berkata dalam bentuk untaian
syair: “Jagalah lisanmu jangan berkomentar, sebab engkau pun dapat ditimpa
ujian. Sesungguhnya bala’ itu dapat disebabkan oleh ucapan.” (Thabaqat
al-Mufassirin : 1/403, ad-Dawudi)
926. Ibrahim an-Nakha’i menasihatkan:
“Sesungguhnya aku mendapatkan jiwaku membisikkan kepadaku agar mengatakan
sesuatu. Tidaklah ada yang mencegahku dari mengatakannya melainkan
kekhawatiranku akan tertimpa seperti yang kuucapkan.” (Dzamm al-Baghyi : 56,
Ibnu Abid Dunya)
927. Al Hasan berkata kepada Mutharrif bin
‘Abdillah: “Berilah nasihat kepada sahabat-sahabatmu.” Mutharrif menjawab:
“Sesungguhnya aku takut mengatakan apa yang tidak aku kerjakan.” Al Hasan balik
berkata: “Semoga Allah merahmati dirimu. Tidak ada seorangpun diantara kita yang
melakukan semua yang diperintahkan Allah. Syaitan akan gembira apabila kita
berpikir seperti itu sehingga tidak ada seorangpun yang memerintah kepada
kebaikan dan tidak pula mencegah dari kemungkaran.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an:
1/367, Al-Qurthubi)
928. Sebagaimana dikatakan seorang penyair:
“Apabila seorang pendosa itu tidak menasihati manusia, Maka siapakah yang akan
menasihati orang-orang yang berdosa setelah Nabi Muhammad kita?” (Al-Jami’ li
Ahkamil Qur’an: 1/367, Al-Qurthubi)
929. Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Ketahuilah, setiap orang yang telah dewasa dan mukalaf seharusnya menjaga
lisannya dari segala bentuk perkataan, yakni tidaklah ia berkata kecuali
perkataan yang betul-betul mengandung manfaat. Jika manfaat yang terkandung sama
antara ia diam maupun berbicara, maka tindakan yang sesuai sunnah adalah
sebaiknya ia memilih diam. Karena terkadang ucapan yang mubah, lambat-laun akan
mengantarkan untuk mengucapkan kata-kata yang haram atau makruh. Kejadian
seperti itu banyak terjadi. Sedangkan selamat dari mengucapkan sesuatu yang
haram merupakan harta yang tak ternilai.” (Al-Adzkar: 284)
930. Hisyam Ad-Dastuwa’i Al-Bashri berkata:
“Demi Allah, aku tidak berani mengatakan sesungguhnya aku pergi suatu hari untuk
belajar hadits hanya untuk Allah Ta’ala semata.” (Siyar A’lam An-Nubala’:
7/152-153)
931. Berkata Al-Hasan: “Sabar adalah
perbendaharaan surga yang tidak diberikan Allah kecuali bagi hamba yang mulia di
sisi-Nya.” (Uddatush Shabirin: 95)
932. Seseorang pernah berkata: “Dia memilih
dunia untuk kekal bersamanya, Padahal kematian mendatanginya sebelum angannya
terlaksana. Dengan cepat batang kurma ia sirami, Batang kurmanya tetap hidup
sedangkan penyiramnya telah mati.”
933. Syaikh Muhammad bin Amin asy-Syinqithi
berkata: “Iblis mengqiyaskan dirinya dengan asal usulnya yaitu api, lalu ia
mengqiyaskan Adam dengan asal usulnya yaitu tanah, kemudian dari qiyas tersebut
ia menganggap dirinya lebih mulia dibanding Adam. Iblis beralasan dengan qiyas
padahal terdapat dalil yang tegas yakni perintah Allah yang memerintahkannya
bersujud kepada Adam. Qiyas yang demikian menurut ulama ushul fiqih dinamakan
qiyas yang rusak dan tidak pada tempatnya.” (Adhwa’ul Bayan: 1/33)
934. Al-Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya
al-Bidayah wan Nihayah (14/28) menceritakan tentang khalifah Harun ar-Rasyid:
“Perjalanan bidupnya sangat mulia. Beliau seorang raja yang paling banyak
berjihad dan menunaikan ibadah haji. Setiap hari beliau bersedekah dengan
hartanya sendiri sebanyak seribu dirham. Jika beliau pergi haji maka ia juga
menghajikan seratus ulama dan anak-anak mereka. Jika beliau tidak pergi haji
maka ia menghajikan tiga ratus orang. Beliau sangat gemar bersedekah. Beliau
mencintai ulama dan pujangga. Cincin beliau bertuliskan La ilaha
Ilallah.”
935. Abul ‘Atahiyah menasihati Harun ar-Rasyid
dengan sebuah syair: “Janganlah engkau merasa selamat sekejap pun dari kematian,
Walaupun engkau mempunyai para penjaga dan para pasukan. Ketahuilah bahwa panah
kematian pasti akan tepat sasaran, Meskipun seseorang berada dalam benteng
perlindungan.”
936. Imam Ibnu Rajab dalam kitabnya Latha-if
Al-Ma’arif menjelaskan: “Al-‘Afwu (Maha Pemaaf) adalah salah satu nama Allah
yang indah. Dengan demikian, Allah tidak menghukum hamba-Nya atas keburukan yang
mereka lakukan, bahkan sebaliknya Dia akan menghapus bekas keburukan itu dari
mereka. Allah mencintai maaf dan menyukai untuk memaafkan hamba-Nya, sebagaimana
Dia juga menyukai jika para hamba-Nya saling memaafkan. Jika sebagian manusia
memaafkan sebagian yang lain, maka Allah akan memaafkan orang itu. Dan Allah
lebih menyukai menurunkan maaf daripada menurunkan siksa-Nya.”
937. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Ketahuilah
sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan
menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (cuma) dengan
(perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwanya hati, bukan
takwa anggota badan (saja).” (Kitab al-Fawa’id, hal. 185)
938. an-Nawawi berkata: “Sesungguhnya amalan
yang tampak (pada anggota badan) tidaklah (mesti) menunjukkan adanya takwa (yang
hakiki pada diri seseorang), akan tetapi takwa (yang sebenarnya) terwujud pada
apa yang terdapat dalam hati (manusia), berupa pengagungan, rasa takut dan
(selalu) merasakan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Shahih Muslim:
16/121)
939. 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu
berkata: “Barang siapa yang menginginkan akhirat, berarti dia akan mengalami
kesulitan di dunia. Barang siapa menghendaki dunia, dia akan mengalami kesulitan
di akhirat. Wahai sekalian manusia, bersusah payahlah kalian dengan sesuatu yang
musnah untuk kebahagiaan yang kekal.” (Siyar A'lam Nubala', 1/496)
940. Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata:
“Berapa jarak antara kalian dengan mereka (orang-orang shalih)? Dunia datang
kepada mereka, tetapi mereka meninggalkannya, dan dunia meninggalkan kalian,
tetapi kalian terus mengejarnya.” (Shifatush Shafwah: III/90 dan as-Siyar:
V/61)
941. Abu Hatim Ibn Hibban mengatakan: “Wajib
atas orang berakal untuk sentiasa bebas daripada perlakuan mencari-cari keaiban
orang lain, dan sentiasa menyibukkan diri dengan memperelokkan keaiban diri
sendiri. Sesungguhnya sesiapa yang menyibukkan dirinya dengan keaiban diri
sendiri, dia akan merehatkan badannya dan tidak meletihkan hatinya. Kerana
setiap kali dia mengesani suatu aib pada dirinya, dia akan bersikap mudah jika
melihat aib yang sama pada saudaranya. Dan sesiapa yang menyibukkan diri dengan
keaiban orang lain tanpa mengendahkan aib dirinya, hatinya akan buta dan
badannya akan letih.” (Rawdhah al-Uqala)
942. Syair Arab mengatakan: “Jika seseorang
itu berakal dan warak, Kewarakannya akan melekakannya dari aib orang
lain.”
943. Seseorang datang kepada Ibn Abbas dan
bertanya: “Mereka menyebut tentang Fulan..”. Lantas Ibn Abbas berkata, “Kalau
kamu mahu menyebut aib-aib saudaramu itu, sebutlah aib-aib kamu.” (Syuab al-Iman
9/110)
944. Ibn Sirin rah. berkata: “Sekiranya aku
diberi pilihan antara memasuki syurga dengan mendirikan dua rakaat solah maka
solahlah yang akan menjadi pilihanku kerana masuk ke syurga adalah semata-mata
untuk kesukaanku, sementara dua rakaat solah pula untuk keredhaan Allah.”
(al-Jami` al-Saghir)
945. Saad bin Abi Waqqas r.anhu menulis surat
kepada panglima tentera Qadisiah, Rustam yang di dalamnya berisi: “Sesungguhnya
bersamaku terdapat satu kaum yang mencintai mati sebagaimana orang-orang 'Ajam
mencintai arak.” (Tafsir 'Azizi)
946. “Dunia adalah jasad, roh pada dunia
adalah agama. Agama adalah jasad, roh pada agama adalah dakwah. Dakwah adalah
jasad, roh pada dakwah adalah mujahadah. Mujahadah adalah jasad, roh pada
mujahadah adalah mesyuarat. Mesyuarat adalah jasad, roh pada mesyuarat adalah
taat. Taat adalah jasad, roh pada taat adalah ikhlas. Ikhlas adalah jasad, roh
pada ikhlas adalah istiqamah. Istiqamah adalah jasad, roh pada istiqamah adalah
istikhlas.” - Maulana Zam Zam
947. Malik bin Dinar berkata: “Ada empat tanda
kesengsaraan: Hati yang keras, mata yang tidak pernah menangis (karena Allah),
panjang angan-angan dan tamak terhadap dunia.” (Hilyatul Auliya':
4/212)
948. Nasehat Syaikh Nawawi: “Jadilah orang
yang paling baik dalam pandangan ALLAH. Jadilah orang yang paling buruk dalam
pandangan diri sendiri. Jadilah orang yang biasa saja dalam pandangan manusia.”
(Nashoihul-Ibad)
949. Andai perjuangan Dakwah itu mudah, pasti
banyak yang menyertainya. Andai perjuangan Dakwah ini singkat, pasti banyak yang
Istiqomah diatasnya. Andai perjuangan Dakwah ini menjanjikan kemanisan dunia,
pasti banyak yang tertarik padanya. Tetapi hakikat Dakwah ini tidaklah begitu.
Kadang Turun Naik. Sakit-Sehat. Pedih-Nikmat. Asam-Kecut. Senang-susah.
Kenyang-lapar. Satu hati-pecah hati. Diterima-diusir. Dipuji-dihina dimaki.
Ditendang-dinusrohi. Maka andai terjatuh, bangkitlah kembali. Andai terluka dan
sakit hati, Bersabarlah. Dan harapkanlah pahala yang berlipat ganda pada Allah
SWT. Andai lelah dan lemah, ingatlah gerbang Firdaus menanti dan di saat
perjumpaan dengan Allah SWT. Tahukah anda kenapa perjuangan Dakwah itu pahit? Di
karenakan SYURGA ITU SANGAT INDAH DAN MANIS. - Targhib Santri Temboro
950. Abu Abdullah Bin Baththah berkata: “Saya
mendengar Abu Muhammad Al Barbahari (Imam Al Barbahari Rahimahullah) berkata:
“Duduk-duduk untuk saling memberi nasihat adalah pembuka pintu faedah, sedangkan
duduk-duduk untuk berdebat adalah penutup pintu faedah.” (Syarhus
Sunnah)