951. Imam Al Barbahari Rahimahullah bersyair:
“Barangsiapa yang puas dengan apa yang dimiliki maka dia menjadi orang kaya dan
selalu tetap dialas agama. Betapa tingginya kedudukan qana'ah membuat orang
rendahan menjadi mulia. Jiwa seseorang menjadi sempit ketika dalam kemiskinan
namun bila ia mendekat kepada Tuhannya semua menjadi luas.” (Syarhus
Sunnah)
952. Dari Abu Ja’far al-Hadzdza diriwayatkan
bahwa ia menceritakan, Aku pernah mendengar Ibnu Uyainah berkata: “Apabila
amalan hati bersesuaian dengan amalan zahir, itulah keadilan. Apabila amalan
hati lebih baik dari amalan zahir, itulah keutamaan.Dan apabila perbuatan zahir
lebih bagus dari amalan hati, itulah kepuasan.” (Shifatush Shafwah:
4/141,142)
953. Al-Syaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi
rahimahullah menjawab pertanyaan seseorang berkenaan jihad: “Kalaulah kami
mempunyai pandangan khusus dalam masalah jihad yang merupakan kemuncak Islam,
nescaya kamu tidak akan dapati dalam buku kami Hayat al-Sahabah berita-berita
tentang peperangan, jihad Rasulullah s.a.w. dan Sahabatnya yang mulia itu, dan
buku ini tersebar luas dan dimiliki oleh saudara-saudara kami di seluruh pelusuk
dunia.”
954. Dakwah itu menguatkan Ilmu dan Ilmu itu
menguatkan Dakwah. - KH Uzairon
955. Hendaknya ada 3 sifat dalam diri kita, 1.
Kesatuan hati, 2. Kesatuan fikir, dan 3. Cara yang betul. Kerana dengan 3 sifat
itu akan ada pertolongan Allah SWT. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a
956. Dari `Adiy bin Artah, dia berkata:
"Seorang dari para sahabat Nabi Sallallahu `Alayhi Wasallam apabila dipuji, dia
berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau hukumi aku untuk apa yang mereka
perkatakan. Dan ampunilah aku (untuk) apa yang mereka tidak ketahui." (Al-Adab
Al-Mufrad li Al-Imam Al-Bukhariy)
957. Thawus rahimahullah mengatakan: “Termasuk
Sunnah, yaitu menghormati orang alim.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi,
I/129)
958. Al-Imam Ibnul Jauzi berkata: “Demi Allah,
wajib atasmu – wahai seorang yang telah dimuliakan dengan ketakwaan - janganlah
engkau menjual kemuliaan taqwa dengan kehinaan maksiat-maksiat, dan bersabarlah
dari dahaga hawa nafsu di dalam panasnya sesuatu yang diinginkan walaupun
merasakan sakit dan terbakar.” (Shaidul Khathir: 1/45)
959. Dinukilkan dalam syarah hadith Mazahiri
Haq: “Manusia diumpamakan seperti barang-barang galian emas dan perak kerana
barang-barang tersebut mempunyai berbagai jenis dan nilai yang berbeza-beza.
Emas dan perak selagi tidak digali dan dibersihkan nilainya adalah rendah.
Begitu juga dengan manusia yang berada di dalam kekufuran dan kegelapan, nilai
dan sifatnya adalah rendah, walaupun didalamnya tersembunyi sifat pemurah,
keberanian dan sebagainya. Islam dan kefahaman agama akan mengubah semua sifat
buruk ini dan meletakkannya di dalam martabat yang tinggi.” (Ilmu dan Zikir,
Muntakhab Ahadith)
960. Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata
kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan
menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu
setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah
engkau mati?” Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian
menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa?
Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang
tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya.. dalam
keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah
keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah,
hal. 8-9)
961. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata,
“Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil
dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”
(At-Tadzkirah, hal. 9)
962. Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz
rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung.
Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari
kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan
mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)
963. Di satu pertemuan dengan Syaikh Ibrahim
Muhammad Shukro di Jordan, 24.5.11, Syaikh Hajji Mohammed Abd Wahhab mengatakan:
“Jika seseorang itu cinta dengan usaha dakwah dan berdoa supaya orang lain
terlibat dengan usaha dakwah, maka Allah akan terima anak-anaknya iaitu
anak-anaknya pun akan menjadi orang yang berada di atas hidayat.”
964. al-Fudhail bin 'Iyadh berkata:
“Barangsiapa yang ingin selamat dari ghibah (menggunjing) hendaklah ia menutup
pintu persangkaan. Barangsiapa yang selamat dari persangkaan, maka ia akan
selamat dari tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain). Barangsiapa yang
selamat dari tajassus, maka ia akan selamat dari ghibah.” (Hambatan-hambatan
Dakwah, Muhammad Ahmad Ar-Rasyid)
965. Abu Darda radiallahu 'anhu pernah
berkata: “Yang paling aku takuti adalah soalan yang akan dikemukakan kepadaku
dihadapan sekalian manusia iaitu apakah yang kamu telah lakukan terhadap ilmu
yang kamu ketahui?” (HR Baihaqi)
966. Imam al-Hafiz Sufyan ibn `Uyaynah (wafat
198H) mengatakan: “Bukanlah seseorang itu dikatakan `alim(berilmu) apabila dia
mengenal apa yang baik dan apa yang buruk. Tetapi seseorang itu dikatakan
`alim(berilmu) ialah apabila dia mengenal yang baik maka dia mengikutinya, dan
apabila dia mengenal yang buruk maka dia menjauhinya.”
967. Mujahid rah. berkata: “Sesiapa mengambil
berat untuk mengetahui waktu solah maka mereka akan mendapat keberkatan
sepertimana keberkatan yang dilimpahkan ke atas Nabi Ibrahim a.s dan
keluarganya.” (Dur rul-Mansthur).
968. Al-'Allamah asy-Syaikh Sayyid Abul-hasan
Ali an-Nadwi rahimahullah menulis: “Kewajipan agama terbesar yang mesti
dipenuhi dan ditunaikan oleh kaum muslimin pada zaman moden ini adalah
menyebarkan dakwah kepada semua umat manusia dengan jalan merombak bayang atau
gambar Islam menjadi HAKIKAT Islam.” (Ilal-Islam Min Jadid)
969. Ahmad mengeluarkan dari Aisyah r.ha, dia
berkata: “Abu Bakar meninggal dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu
dirham pun. Sebelum itu dia masih memilikinya, namun kemudian dia mengambilnya
dan menyerahkannya ke Baitul-mal.” (al-Kanzu, 3/132)
970. Berkata imam Fudhail B. ‘Iyadh
rahimahullah (Wafat: 187H): “Istighfar (mohon keampunan) tanpa melepaskan diri
(dari kemaksiatan) adalah taubatnya para pendusta.” (al-Adzkar,
ms.703)
971. Pujangga arab bermadah: “Sesiapa sahaja
yang memilih jalan yang bertentangan dengan jalan pesuruh Allah swt, tidak
mungkin akan sampai ke matlamatnya.” (Fadhilat Tabligh, Mengenali dan
Mendampingi Ahli Haq)
972. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Barangsiapa yang menginginkan akhirat, berarti dia akan mengalami
kesulitan di dunia. Barangsiapa menghendaki dunia, maka dia akan mengalami
kesulitan di akhirat. Wahai sekalian manusia, bersusah payahlah kalian dengan
sesuatu yang musnah untuk kebahagiaan yang kekal.” (Siyar A’lam an-Nubala’,
1/496)
973. Al Imam Al Hasan Al Bashri berkata:
“Wahai anak Adam, jika engkau melihat manusia berada dalam kebaikan maka
berlombalah dengan mereka, dan apabila engkau melihat mereka dalam kebinasaan
tinggalkanlah mereka berserta apa yang telah mereka pilih bagi diri mereka
sendiri. sungguh, telah kita saksikan kaum demi kaum yang lebih mengutamakan
dunia daripada kehidupan akhiratnya, akhirnya mereka menjadi hina, binasa, dan
tercela.” (Mawaizh Al Imam Al Hasan Al Bashri, hal 46-48)
974. Hasan Al Bashri Rahimahullah mengatakan,
“Wahai anak Adam, jagalah agamamu, perhatikanlah agamamu. Karena agamamu adalah
darah dagingmu. Apabila agamamu selamat, akan selamat pula darah dan dagingmu.
Kalau tidak demikian, -kita berlindung kepada Allah- maka baginya adalah neraka
yang tak pernah padam, luka membusuk yang tak pernah sembuh, adzab yang tak akan
habis selama-lamanya, dan jiwa sekarat dalam siksa yang tidak akan mati.”
(Hilyatul Auliya’)
975. Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, “Sungguh amal shalih itu memiliki cahaya di dalam qalbu, kecerahan
pada wajah, kekuatan dalam badan, tambahan rezeki, dan kecintaan di hati
manusia. Sebaliknya, maksiat itu berakibat kegelapan qalbu, suramnya wajah,
lemahnya badan, kurangnya rezeki, serta kebencian di hati manusia.” (Al
Istiqamah)
976. Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu
berkata kepada sahabatnya: “Marilah kita menambah iman!” Lalu mereka berdzikir
kepada Allah. (Fathul Bari, Maktabah Sahab)
977. Hubaih bin Hamasah radhiyallahu'anhu
berkata: “Sesungguhnya iman bertambah dan berkurang.” Ia ditanya: “Apakah tanda
bertambah dan berkurangnya?” Ia menjawab: “Jika kita mengingat dan takut kepada
Allah, maka itu tanda tambahnya keimanan. Dan jika kita lalai, lupa, dan
menyia-nyiakan waktu, itu pertanda berkurangnya iman.” (Fathul Bari, Maktabah
Sahab)
978. Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
“Semua keyakinan yang benar adalah keimanan.” (Maksudnya keyakinan yang
mendorong amal shalih). (Fathul Bari, Maktabah Sahab)
979. Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu
berkata: “Marilah duduk bersamaku untuk beriman (berdzikir) sesaat.” (Fathul
Bari, Maktabah Sahab)
980. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Aku mencari jannah (surga) dengan keyakinan, dan lari dari neraka dengan
keyakinan.” (Maksudnya dengan iman). (Fathul Bari, Maktabah Sahab)
981. Luqman berkata: “Amal tidak mampu tegak
kecuali dengan iman. Barangsiapa lemah keimanannya, maka lemah amalnya.” (Fathul
Bari, Maktabah Sahab)
982. Abdullah bin Ukaim rahimahullah berkata:
“Aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berdoa: Ya Allah tambahlah keimanan,
keyakinan, dan pemahamanku.” (Fathul Bari, Maktabah Sahab)
983. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila
ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya
kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada
yang lain. (Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan, hal.
67)
984. Seorang ulama menasihatkan: “Islam ini
seperti sebuah bangunan yang sangat besar dan cantik. Semasa dibangunkan, ada
orang yang bekerja untuk menyiapkannya. Ada yang berhenti sebelum siap, ada yang
bekerja dalam masa dua hari, ada yang bekerja setahun dan ada yang membuat
bangunan ini sehingga siap. Bila sudah siap, yang bekerja sehari pun kata dulu
saya terlibat dalam membuat bangunan ini. Dulu saya buat ini, dulu saya buat
itu. Begitulah di akhirat nanti. Setiap orang ingin dikaitkan dengan dakwah ini.
Walaupun cuma beri masa sekejap sahaja untuk dakwah dan menghidupkan agama.
Begitulah nilainya dakwah dan Islam ini.”