351. Berkata Hasan Al-Bashri rahimahullah:
“Sungguh, engkau bagaikan sekumpulan hari. Apabila satu hari berlalu darimu,
maka berlalu pula sebahagian (umur)mu.” (Hilyatul Auliya', 2/148)
352. Berkata Abu Hurairah radhiallahuanhu:
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah kenyang dari suatu makanan yang enak lebih
dari 3 hari sampai beliau berpisah dengan dunia.” (Shiffatus Shoffah
1/195)
353. Berkata Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah
rahimahullah: “Para ulama' salafus soleh dahulu mengatakan bahawa banyaknya
maksiat seseorang kepada Allah akan menyebabkan hilang akalnya dan ini
kenyataan, al-Qur'an, kematian, neraka tidak dapat memberi nasihat dan tidak
berpengaruh pada dirinya.” (ad-Da' wad-dawa', hal.147)
354. Barangsiapa menasihati saudaranya secara
rahsia, maka ia telah menasihatinya dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang
menasihati saudaranya secara terang-terangan (di hadapan orang banyak), maka ia
telah mencemarkan nama baiknya dan mengkhianatinya. (Imam
asy-Syafi'i)
355. Hasan Basri rahimahullah mengatakan :
“Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka dialah
khalifatullah di bumi, dan dialah khalifaturrasul dan dialah khalifatul
kitab(al-qur’an).” (Hilyatul-Auliya’)
356. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim, Abdullah
ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata: “Barangsiapa yang ingin meniru, hendaklah
ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi
Muhammad SAW, kerana mereka itu adalah sebaik-baik umat ini, dan
sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan
seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih
Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan berkerja untuk menyebarkan
agamaNya. Kerana itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut
perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di
atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka’bah!” (Hilyatul-Auliya’,
1/305)
357. Jika kelak (pada Hari Kiamat) Allah akan
menanyakan kepada orang-orang yang jujur seperti nabi Ismail as dan Isa as
(sebagaimana yang disebutkan dalam surah al-Ahzab ayat 7 dan 8) tentang
kejujuran mereka, maka bagaimana pula dengan kita yang banyak berdusta? (Fudhail
bin 'Iyadh)
358. Syafi'i atau Hambali, Hanafi atau Maliki,
apabila azan mereka mendengar azan yang sama dan mereka menuju ke tempat yang
sama. - Maulana Mustakim
359. Al-Hasan berkata: “Kalian berangan-angan
mendapatkan umur seperti umur umat Nabi Nuh alaihi salam. Padahal kematian
mengetuk pintumu setiap malam.” (Az-Zuhd: 47)
360. Seorang salafus soleh menulis surat
kepada saudaranya yang isinya: “Wahai saudaraku, engkau bercita-cita akan
selamanya hidup di dunia, tetapi ketahuilah sebenarnya engkau hanyalah seorang
musafir saja. Engkau berjalan dengan cepat, dan engkau akan disambut oleh
kematian. Sementara dunia telah menggulung tikarnya dibelakangmu, melipat umurmu
yang telah berlalu dan waktumu tidak bisa diulang lagi.” (Jami’ul Ulum wal
Hikam: 381)
361. Abi Hazim Salamah bin Dinar berkata:
“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan
keburukan-keburukanmu.” (Hilyatul Auliya': 3/240)
362. “Aku telah tempa jiwaku selama empat
puluh tahun hingga ia benar-benar istiqamah.” (Muhammad bin Munkadir)
363. “Menghindari kesalahan lebih ringan
daripada bertaubat.” (Abu Muslim Al-Khulani)
364. “Seandainya aku dijadikan butir pasir
yang terbang dibawa angin.” (Imran bin Hushain radhiallah 'anhu)
365. “Aku memiliki teman-teman yang
membimbingku menuju Allah. Tidak terbersit sedikit pun untuk keluar dari jalan
mereka, walaupun aku ditawari dunia dan seisinya.” (Sa'id bin Amir)
366. “Barangsiapa yang lebih meninggikan
dirinya, maka ia telah menghinakan agamanya. Dan barangsiapa yang merendahkan
dunianya, ia telah meninggikan agamanya.” (Mujahid bin Jubair)
367. “Jika seseorang telah angkuh, riya' dan
takjub dengan pendapatnya sendiri, maka telah dekatlah kenistaannya.” (Khalid
bin Yazid)
368. “Bukanlah yang menjadikan kemuliaan itu
adalah banyaknya harta dan keturunanmu, namun yang menjadikan kemuliaan adalah
melimpahnya kemurahan hatimu dan bermanfaatnya ilmumu.” (Salman
Al-Farisi)
369. “Jika Allah menghendaki kebaikan seorang
hamba, Allah akan jadikan di dalam hatinya penasihat yang akan memerintahkan dan
melarang padanya.” (Muhammad bin Sirin)
370. “Tidak akan ada maruah bagi seorang
pendusta, tidak akan ada ketenangan bagi seorang pendengki, tidak ada pemberian
bagi si kikir, dan tidak akan ada kemuliaan bagi si buruk perangainya.” (Ahnaf
bin Qa'is)";
371. “Demi Allah, tidak satu pun raja yang aku
temui, melainkan Allah hilangkan kewibawaan (kehebatan) mereka dari jiwaku.”
(Imam Malik)
372. “Amal yang paling baik adalah yang paling
ikhlas dan paling benar. Jika amal itu ikhlas tetapi tidak benar, maka tidaklah
diterima. Jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima
kecuali jika dilakukan secara ikhlas. Ikhlas ertinya dilakukan kerana Allah.
Adapun benar ertinya adalah sesuai dengan sunnah (tuntutan dan petunjuk
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam).” (Fudhail bin 'Iyadh)
373. Berkata Abu Bakar, Umar, dan Ibnu Mas'ud
Radhiallahuanhum Ajma'in: “Jika aku benar dalam pendapatku maka itu semata-mata
datang dari Allah, dan jika salah pendapatku itu berasal dari diriku dan
syaitan. Allah dan RasulNya bebas dari kesalahan.” (al-Fawa'id,
hal.297)
374. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
(Wafat: 241H) berkata: “Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah tetap teguh di
atas jalan hidup para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan
menjadikan mereka sebagai contoh ikutan (qudwah) dalam beragama.” (Ushulus
Sunnah, no.1-2)
375. “Sesiapa yang menganggap bahawa dia
berasal daripada sesuatu kaum atau sesuatu daerah, dan orang lain berasal
daripada sesuatu kaum atau sesuatu daerah yang lain, maka dia seolah-olah telah
menyembelih umat ini, menghancur-leburkan serta merosakkan hasil usaha baginda
Rasulullah saw dan para Sahabat r.anhum. Apabila terpisah-pisah dan
berpecah-belah, kita sendiri telah menyembelih umat ini terlebih dahulu. Yahudi
dan Nasrani hanya mengerat umat ini yang sudah tersembelih.” - Maulana Muhammad
Yusuf rah.a
376. Ubay bin Ka'ab berkata: “Seorang mukmin
itu berada diantara empat sifat. Jika ditimpa musibah ia bersabar, jika diberi
kesenangan ia bersyukur, jika berkata ia jujur, dan jika menghukum ia berbuat
adil.” (Hilyatul Auliya', 1/255)
377. “Semoga Allah merahmati seorang hamba
yang merenung sejenak sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah kerana
Allah, maka ia melakukannya. Tapi jika niatnya bukan kerana Allah maka ia
mengurungkannya.” (Imam Hasan al-Bashri)
378. Tidaklah datang suatu hari dari hari-hari
di dunia ini melainkan ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah hari
yang baru, dan sesungguhnya aku akan menjadi saksi (di hadapan Allah) atas
apa-apa yang kalian lakukan padaku. Apabila matahari telah terbenam, maka aku
akan pergi meninggalkan kalian dan takkan pernah kembali lagi hingga hari
kiamat.” (Imam Hasan al-Bashri)
379. “Janganlah kamu tertipu dengan banyaknya
amal ibadah yang telah kamu lakukan, kerana sesungguhnya kamu tidak mengetahui
apakah Allah menerima amalan kamu atau tidak. Jangan pula kamu merasa aman dari
bahaya dosa-dosa yang kamu lakukan, kerana sesungguhnya kamu tidak mengetahui
apakah Allah mengampuni dosa-dosa kamu tersebut atau tidak.” (Imam Hasan
al-Bashri)
380. “Saya belum menemukan dalam ibadah,
sesuatu yang lebih sulit daripada solat di tengah malam.” (Imam Hasan
al-Bashri)
381. “Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan
seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia
tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu
wata’ala.” (Imam Hasan al-Bashri)
382. “Sesungguhnya Allah telah menetapkan
kematian, sakit dan sihat (bagi setiap hamba-Nya). Barang siapa mendustakan
takdir maka sesungguhnya ia telah mendustakan al-Qur’an. Dan barang siapa
mendustakan al-Qur’an, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah.” (Imam
Hasan al-Bashri)
383. “Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk
akhiratmu, nescaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu
untuk duniamu, kerana kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar,
sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.” (Imam Hasan
al-Bashri)
384. Syaqiq al-Balkhi berkata: “Manusia
mengucapkan 3 ucapan yang hanya di mulut sahaja. Mereka berkata: ‘Kami adalah
hamba-hamba Allah’, tetapi lihatlah kelakuan mereka bagaikan seorang yang bukan
hamba, maka ucapan mereka tidak sama dengan kenyataan. Mereka berkata: ‘Rezeki
kita ditangan Allah’, tetapi lihatlah mereka yang tidak tenang kecuali dengan
dunia dan mengumpulkan semua harta, maka ucapan inipun menyalahi kenyataan yang
ada. Mereka berkata: ‘Kita pasti akan mati’, tetapi perbuatan mereka menunjukkan
seolah-olah mereka tidak akan pernah mati, maka ucapan ini juga tidak sesuai
dengan kenyataan sesungguhnya.” (Mukasyafatul Qulub: 35)
385. 'Aun bin 'Abdillah berkata: “Perumpamaan
dunia dan akhirat di hati manusia bagaikan dua sisi timbangan. Jika sisi salah
satunya lebih berat, maka sisi lainnya akan menjadi ringan.” (Tazkiyatun Nufus
wa Tarbiyatuha kama Yuqarriruhu Ulama' as-Salaf: 129)
386. Seorang ulama salafus soleh menasihatkan:
“Waspadalah terhadap kematian di dunia, sebelum kamu berpindah ke satu negeri
yang kamu sangat ingin berjumpa kematian di sana. Sedangkan kamu tidak akan
pernah dapat menemukannya!”
387. “Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa kayu
bakar, dan adab tanpa ilmu ibarat badan tanpa ada ruh.” (Yahya Ibnu Muhammad
Zakariya Al Anbary rahimahullah)
388. Ath Thobari mengatakan bahawa makna dari
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.”(QS. Al
Hajj:40), iaitu Allah swt pasti menolong orang-orang yang berperang di jalanNya
agar kalimatNya tinggi terhadap musuh-musuhNya. Maka makna pertolongan Allah
kepada hambaNya adalah bantuanNya kepadanya sedangkan makna pertolongan hambaNya
kepada Allah adalah jihad orang itu dijalanNya untuk meninggikan kalimatNya.”
(Tafsir At Thobari: XVII/651)
389. Berkata al-Haitsam Bin Jamil:
“Sesungguhnya Imam Malik rahimahullah ditanya 50 pertanyaan, maka beliau hanya
bisa jawab satu, yang 49 beliau katakan tidak tahu.” (Adabul Fatwa Imam Nawawi,
hal.14)
390. “Orang-orang kaya mencintai waktu pada
dirinya, harta tidak jadi masalah bagi mereka. Maka pengorbanan yang terbesar
adalah meluangkan waktu dan dirinya. Sedangkan orang-orang miskin itu mencintai
harta, waktu tidak jadi masalah bagi mereka. Maka pengorbanannya yang terbesar
adalah hartanya. Di sinilah di tuntut pengorbanan waktu, diri dan harta di jalan
ALLAH.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a
391. Abu Nu'aim mengeluarkan dari Qatadah,
katanya: Pernah Ibnu Umar ra. ditanya: “Apakah para sahabat Nabi SAW pernah
tertawa?.” Jawabnya: “lya, akan tetapi iman yang bersarang di dalam hati mereka
lebih memuncak dari tingginya gunung!” (Hilyatul-Auliya', 1:311)
392. Abu Nu'aim mengeluarkan dari Ibnu Umar
ra. bahawa dia pernah mendengar seorang lelaki berkata: “Di manakah orang-orang
yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?.” Ibnu Umar ra.
Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya:
“Apakah engkau bertanya tentang mereka ini?” (Hilyatul-Auliya',
1:307)
393. Abu Nu'aim mengeluarkan dari Abdullah bin
Umar ra. katanya: “Barangsiapa yang mahu meniru, hendaklah ia meniru perjalanan
orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, kerana
mereka itu adalah sebaik-baik umat ini, dan sebersih-bersihnya hati,
sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka
itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat
NabiNya SAW dan berkerja untuk menyebarkan agamanya. Kerana itu, hendaklah kamu
mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para
sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang
memiliki Ka'bah!.” (Hilyatul-Auliya', 1:305)
394. Abu Nu'aim telah mengeluarkan dari Ibnu
Mas'ud ra. katanya: “Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya,
lalu dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan
dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala
memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya beberapa orang
sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai pembantu-pembantu agamaNya, dan
sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang
Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin
itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah.” (Hilyatul-Auliya'
1:375)
395. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah
mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala: “Kamu
adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia...” (Ali Imran: 110).
Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: “Jika Allah berkehendak nescaya Dia telah
mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mahu
mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata dan
siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka sahaja, yang bakal menjadi
sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.”
396. “Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Syaitan mengajar mereka supaya meninggalkan dakwah, tidak menjalankan tugas
amar makruf dan nahi mungkar dalam rangka berbaik-baik sesama insan, berakhlak
baik terhadap mereka dan kononnya melaksanakan firman Allah: “Jagalah diri
kamu”. (Ighathah al-Lahfan min Masaid al-Syaitan: 1/130)
397. Menurut Imam al-Qurtubi: “Allah telah
menjadikan amar makruf nahi mungkar sebagai garis pemisah di antara orang yang
beriman dan orang munafik. Ia menjadi ciri utama orang beriman iaitu amar makruf
nahi mungkar. Asas ciri tersebut ialah menyeru kepada Islam.” (Tafsir
al-Qurtubi: 4/47)
398. “Al-Rasul S.A.W telah menjalankan kerja
dakwah ini. Rasulullah memerintahkan mereka dengan apa yang diperintahkan Allah,
melarang mereka dari melakukan perkara yang dilarang Allah, menyuruh mereka
kepada kebaikan dan mencegah mereka dari segala kemungkaran.” (Majmu’ Fatawa:
15/161)
399. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Dakwah kepada Allah ialah menyeru manusia agar beriman dengan Allah serta
beriman dengan apa yang telah dibawa oleh para RasulNya, membenarkan apa yang
telah diberitakan oleh mereka dan taat kepada perintah mereka.” (Majmu’ Fatawa:
15/157)
400. Abu ‘Ashim berkata: “Semenjak aku ketahui
bahawa ghibah (mengumpat atau memfitnah orang lain) adalah haram maka aku tidak
berani mengumpat atau memfitnah orang sama sekali.” (Tarikh Al-Kabir:
4/336)