• About
  • Sitemap
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact

Suara Islam Seruanku

  • Home
  • Adab Sunnah
  • Nasihat
  • biografi
  • Dakwah
  • Al Kisah
  • quran-Hadist
  • Download
  • Hukum Fiqih
  • Bahasa Arab
Home » nasihat » Perkataan hikmah Orang Soleh #15

Perkataan hikmah Orang Soleh #15

701. Syiekh Muhammad Ilyas Al-Kandhalawi Rahmatullahi A`alaih berkata: “Bagaimana aku ingin berhenti dari melakukan dakwah ini, sedangkan kekasihku, Nabi s.a.w sendiri terpaksa mengalami kesusahan dan kepayahan untuk agama ini. Walaupun baginda s.a.w sendiri telah di janji dengan segala kebaikan oleh Allah s.w.t,namum baginda s.a.w telah memilih untuk terjun dalam lautan kesusahan dan kepayahan dalam menghidup dan mengamalkan agama ini.” (Bayan Hidayat Ijtimak Bhopal)

702. ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah bin Abi Mulaikah Rahmatullahi A`alaih berkata: “Aku mendapati 30 orang Sahabat Nabi s.a.w., semuanya merasa takut kemunafikan menimpa diri mereka, tidak ada seorang pun dari mereka berkata bahawa imannya seperti keimanan Malaikat Jibril dan Mika’il.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari)

703. Al-Hasan berkata: “Janganlah kalian sibuk dengan urusan dunia, kerana dunia itu sangat menyibukkan. Tidaklah seseorang membukakan pintu kesibukan untuk dirinya, melainkan akan terbuka baginya sepuluh pintu kesibukan lainnya.” (Az-Zuhd: 189)

704. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Barangsiapa bercita-cita meraih perkara-perkara yang tinggi (syurga), maka wajib baginya mengatasi kecintaan pada perkara-perkara yang rendah (dunia).” (Miftah Dar as-Sa’adah: 1/108)

705. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Pandangan adalah sumber berbagai bencana yang banyak menimpa manusia, kerana pandangan akan melahirkan angan-angan, lalu angan-angan melahirkan pemikiran, pemikiran melahirkan syahwat, dan syahwat memunculkan keinginan, lalu keinginan itu makin menguat hingga menjadi azam (tekad), akhirnya terjadilah perbuatan jika tidak ada yang menghalangi. Maka dikatakan bahawa bersabar untuk menahan pandangan lebih ringan dibanding bersabar menahan derita setelahnya.” (Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam)

706. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Angan-angan seseorang berkisar pada empat perkara, iaitu; Pertama, angan-angan yang memberikan manfaat keduniaan; Kedua, angan-angan yang mendatangkan mudharat keduniaan; Ketiga, angan-angan yang memberikan maslahat akhirat; Keempat, angan-angan yang mendatangkan mudharat akhirat. Maka hendaknya seseorang selalu melihat kepada apa yang dia angankan, dia fikirkan, dan dia inginkan lalu menimbangnya dengan empat perkara di atas. Lalu memilih yang terbaik, mendahulukan mana yang terpenting, mengakhirkan yang kurang penting.” (Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam)

707. Yahya bin Muadz berkata: “Hati itu ibarat periuk yang sedang mendidih, sedangkan lisan ibarat gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang ketika berbicara, kerana lisannya sedang mencedok untukmu apa yang ada dalam hatinya, manis atau pahit, tawar atau masin, dan sebagainya. Dan cedokan lisannya akan menje- laskan kepadamu rasa hati orang itu.” (Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam)

708. Abdullah Ibn Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya orang beriman melihat dosa-dosa seperti dia seorang yang duduk di bawah kaki bukit, dan merasa takut bukit itu (runtuh lalu) menimpanya. Sesungguhnya orang yang berdosa melihat dosa-dosanya seperti lalat yang lalu dihidungnya.” (Sya'bul Iman Lil Baihaqi: 6602)

709. Abu Sai'd al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya kalian akan melakukan amalan yang di mata kalian lebih kecil daripada sehelai rambut, sedangkan kami di zaman Rasulullah memandang ia sebagai perkara yang menghancurkan.” (Musnad Ahmad: 10783)

710. Bakr al-Muzani berkata: “Keutamaan Abu Bakar berbanding sahabat yang lain bukanlah dengan banyaknya berpuasa mahu pun solat, tetapi dengan apa yang ada di dalam dadanya.” Salah seorang salafus soleh berkata: “Hal yang ada di dalam dada Abu Bakar adalah cinta kepada Allah dan selalu memberi nasihat kepada manusia.” (Latho-if al-Ma’arif, hal. 563-564)

711. Fatimah binti Abdul Malik (isteri Umar bin Abdul Aziz) ditanya tentang amalan suaminya, maka ia menjawab: “Demi Allah, dia bukanlah seorang yang paling banyak melakukan solat mahu pun berpuasa. Tetapi, demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih takut kepada Allah berbanding dirinya. Dia berzikir diatas kasur (alas tidur), lalu tubuhnya bergerak-gerak seperti burung kecil yang sangat ketakutan, sehingga kami berkata: “Esok hari orang akan kehilangan seorang khalifah.” (Latho-if al-Ma’arif, hal. 563-564)

712. Salah seorang ulama salafus soleh berkata: “Tidaklah kami mencapai darjat yang tinggi dengan banyaknya melakukan ibadat solat atau pun berpuasa. Tetapi kami mencapainya dengan kemurahan hati, keselamatan jiwa, rendah hati (tawadhu'), dan selalu menasihati manusia.” (Latho-if al-Ma’arif, hal. 563-564)

713. Coba kita bermuhasabbah mana rezki yang Allah berikan yang terpakai buat menyenangkan Allah dan yang terpakai untuk memuaskan nafsu. Lihat kebendaan kita yang ada di rumah dan lihat apa yang telah kita korbankan untuk agama. Ini semua akan di hisab dan akan di mintakan pertanggung jawabannya. Berapa banyak Rezki yang Allah telah kasih tetapi kita selewengkan hanya untuk memuaskan nafsu kita bahkan untuk bermaksiat kepada Allah. Allah Maha Tahu dan Allah punya team khusus yang bisa membuktikannya Sesungguhnya perhitungan Allah ini cepat, tepat dan akurat. Namun mengapa hari ini ketika kita diminta untuk korbankan harta dan diri untuk agama kita masih ragu-ragu, ini karena kita belum buat keputusan. - KH. Abdul Halim

714. Allah menjadikan mata sebagai cermin hati. Jika seseorang menahan pandangan matanya, bererti dia menahan syahwat dan keinginannya. Jika dia menbebaskan pandangan matanya, bererti dia membebaskan syahwat hatinya. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah)

715. Berkata Ibnu Ruslan: “Ubat hatimu yang keras ada lima. Amalkan kelima hal itu nescaya anda akan selamat: (1)Tidak mengenyangkan perut dan (2)merenungkan makna Al-Qur’an. (3)Rendah diri pada-Nya dengan menangis di waktu sahur. (4)Lalu solat tahajud di malam hari. (5)Dan bergaullah dengan orang-orang yang baik dan soleh.”

716. Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah berkata: “Apabila sempurna ketakutan hamba kepada Tuhan, maka dia tidak akan takut kepada sesuatu selainNya. Apabila kurang ketakutan hamba kepada Tuhan, maka dia akan takut kepada makhluk. Kadar ketakutannya kepada makhluk bergantung kepada kekurangan dan pertambahan ketakutannya kepada Allah.” (Majmu’ al-Fatawa: 1/94)

717. Aku belum pernah melihat orang yang paling lama bersedih daripada al-Hasan. Ia berkata, “Kita tertawa, sementara bisa jadi Allah yang telah melihat amal-amal yang telah kita perbuat berfirman, Aku tidak mau menerima amal-amal kalian sedikitpun.” (Yunus bin ‘Ubaid)

718. Al-Imam Asy-Syathibi berkata: “Semua ilmu yang tidak membuahkan amal, maka tidak dalam syariat satu dalil pun yang menunjukkan akan baiknya ilmu tersebut.” (Al-Muwafaqat: 1/74)

719. Sebahagian ahli bijak berkata: “Ilmu adalah pembantu bagi amal, dan amal adalah puncak dari ilmu.” (Iqtidhaul Ilmi Al-’Amal, 14-15)

720. Abu Ad-Darda’ berkata kepada seseorang: “Apakah semua masalah agama yang kau tanyakan kau amalkan?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Maka Abu Ad-Darda’ menempelaknya: “Apa yang engkau lakukan dengan menambah hujah yang akan menjadi beban bagimu?” (Al-Muwaafaqaat 1/82, Al-Jami’: no. 1232)

721. Al-Imam Asy-Syathibi berkata: “Sesungguhnya ruh ilmu adalah amal. Jika ada ilmu tanpa amal, maka ilmu tersebut kosong dan tidak bermanfaat.” (Al-Muwafaqat, 1/75)

722. Al-Khathib al-Baghdadi berkata: “Tujuan ilmu adalah amal, sebagaimana tujuan amal adalah keselamatan. Jika ilmu kosong dari amal, maka ilmu itu akan menjadi beban bagi pemiliknya. Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang menjadi beban dan mendatangkan kehinaan, dan akhirnya menjadi belenggu di leher pemiliknya.” (Iqtidhaul Ilmi Al-’Amal, 14-15)

723. Ali bin Abu Thalib berkata: “Apabila aku bacakan kepada kalian sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka anggaplah bahawa Rasulullah yang menyampaikannya, dia yang memberi petunjuk dan dia yang berwasiat takwa.” (HR. Ibnu Majah, 20)

724. Al-Imam Ar-Roghib Al-Ashfahan berkata: “Taqwa ialah menjaga jiwa daripada perbuatan yang mendatangkan dosa, dengan cara meninggalkan apa yang dilarang dan hal itu menjadi sempurna dengan meninggalkan sebahagian yang dihalalkan.” (Ar-Risalah At-Tabukiyyah, hal. 10)

725. Al-Imam An-Nawawi menyatakan taqwa adalah: “Mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.” (Tahrir Alfazh At-Tanbih, hal. 322)

726. Al-Imam Ibnu Rejab rahimahullah berkata: “Taqwa seorang hamba kepada Allah, ia membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti dari Rabb-nya berupa kemarahan, murka, dan siksaan-Nya; pelindung itu akan menjaga dirinya dari hal tersebut. Sedang ia (pelindung itu) adalah melakukan ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi kederhakaan kepada-Nya.” (Jami'ul Ulum wal Hikam, 1/158)

727. Tholq bin Habib rahimahullah berkata: “Taqwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya (ilmu) dari Allah karena mencari pahala di sisi Allah, dan engkau meninggalkan maksiat berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah, kerana takut terhadap siksaan-Nya.” (Ar-Risalah At-Tabukiyyah, hal. 10)

728. Umar bin Abdul Aziz memberi nasihat di khutbah terakhirnya sebelum wafat, akhir khutbahnya beliau berkata: “Aku mengucapkan kata-kata ini kepada kalian dan tidak ada seorang pun yang aku ketahui lebih banyak dosanya dibanding diriku. Hanya saja aku selalu memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.” Setelah itu beliau menangis tersedu-sedu kemudian turun dari mimbar. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya. (Latho-if al-Ma’arif, hal. 351)

729. “Dalam setiap rakaat solat ada dua sujud. Hikmahnya, semasa sujud yang pertama, ingatlah bahawa kita dicipta dari tanah. Kemudian semasa sujud yang kedua, ingatlah bahawa setelah kehidupan dunia ini, kita akan kembali menjadi tanah, kemudian akan dibangkitkan serta dihisab kehidupan dunia ini.” - Syeikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi rah.a

730. “Jannah adalah untuk orang yang tawadhuk. Jika pada diri manusia ada sedikit sifat takabbur maka ia akan dibakar di dalam api neraka. Apabila tinggal sifat tawadhuk sahaja pada dirinya maka barulah dia akan dimasukkan ke dalam jannah. Tidak ada seorang pun yang boleh memasuki jannah jika masih ada sebesar zarah takabbur pada dirinya.” - Asy-Syaikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi rah.a

731. Asy-Syaikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi rah.a mengatakan: “Sudah menjadi kebiasaan kita, iaitu merasa senang dengan ucapan-ucapan yang baik, dan kita menganggap bahwa nasehat-nasehat baik tersebut sudah cukup menunaikan kerja asal kita. Tinggalkan kebiasaan itu dan bekerjalah, sebagaimana disebutkan dalam syair: “Hai pekerja, kalian biasa bersuka ria dengan nasehat-nasehat baik, tinggalkan nasehat-nasehat itu gantilah dengan amal-amal baik.” (Mutiara Hikmah Ulama Ahli Da’wah)

732. Asy-Syaikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi rah.a mengatakan: “Cara menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah peribadi, masalah umat, mahu pun masalah politik adalah dengan Dakwah dan Usaha Agama, berdasarkan satu fikir. Cara-cara yang ditempuh di luar usaha agama nampaknya sahaja dapat memberikan hasil dan keuntungan dengan segera, sekalipun hanya dengan pengorbanan yang sedikit. Dalam pada itu, usaha agama menghendaki pengorbanan yang besar sedangkan keuntungannya tidak segera dapat dilihat. Itulah sebabnya mengapa orang-orang menjauhi dari usaha agama. Demikian pula orang-orang yang terlalu tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan ketika melihat orang-orang yang “tidak produktif” seperti kita atau ketika melihat asas usaha dakwah kita. Namun ternyata mereka tidak mampu melihat hakikatnya, yakni tidak mampu memahami hakikat syariah.” (Malfoozat)

733. Sebahagian ulama berkata: “Nasihat hanya bermanfaat jika keluar dari dalam hati, kerana nasihat tersebut akan sampai pula ke hati. Tetapi jika nasihat tersebut sekadar keluar dari lisan, maka hanya akan masuk ke dalam telinga kemudian keluar melalui telinga yang lain.” (Latho-if Al Ma'arif: 55)

734. Sebahagian salafus soleh berkata: “Jika seorang yang berilmu menyampaikan nasihatnya tidak ikhlas kerana Allah, nescaya nasihatnya itu akan hilang dari hati pendengarnya seperti berhentinya hujan di saat langit sudah cerah.” (Latho-if Al Ma'arif: 55)

735. Yahya bin Muadz pernh bersyair: “Nasihat dari pemberi nasihat tidak dapat diterima, Sampai dirinya memahami nasihat itu pertama kalinya. Wahai kaum, siapakah yang lebih berbuat aniaya, Daripada seorang pemberi nasihat yang telah melanggar nasihatnya. Dihadapan manusia ia memperlihatkan sifat baiknya, Dan Allah akan memperlihatkan sifat buruknya.” (Latho-if Al Ma'arif: 55)

736. Yahya bin Muadz berkata: “Hati ibarat periuk dengan isinya yang mendidih. Sedangkan lidah adalah gayungnya. Maka perhatikanlah apabila seseorang berbicara. Kerana sesungguhnya lidahnya akan menuangkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, apakah manis, pahit, tawar, masin atau rasa lainnya.” (Hilyatul Auliya: 10/63)

737. Ibnu Umar berkata: “Berhati-hatilah terhadap agamamu, sebab dia adalah darah dagingmu. Lihatlah dari mana kamu mengambilnya. Ambillah dari orang istiqomah dan janganlah mengambil dari orang yang menyeleweng.” (Al Kifayah, hal. 121)

738. Hazrat Umar bin Khattab r.a berkata: “Sekiranya kehidupan dunia ini, sejak pertama kali hingga akhirnya, diberikan kepada satu orang saja, kemudian tiba-tiba kematian menghampirinya, maka hal itu serupa dengan orang yang melihat sesuatu yang menyenangkannya dalam mimpi, kemudian dia pun terbangun dan ternyata di tangannya tidak ada sesuatu pun.” (Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah)

739. Sesiapa yang menambahkan sifat-sifat Islam dalam dirinya, maka dialah yang akan menjadi sumber hidayat untuk umat. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

740. Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengarang Tafsir al-Aisar memetik syair dalam memberi pandangan berimbang terhadap usaha dakwah dan tabligh: “Pandangan ridha atau senang selalu tumpul (buta) terhadap setiap aib, sedangkan benci selalu membongkar keburukan.”

741. “Suatu hal yang sering dikatakan orang sebelum kami (iaitu para sahabat) berpegang teguh dengan sunnah (Nabi sallallahu ‘alaihi was sallam ) adalah sebuah jalan keselamatan.” (Imam Az-Zuhri)

742. “Ramai manusia menangis kerana masalah cinta dan kehidupan tetapi sangat sedikit manusia yang risaukan keadaan umat islam dan ia menangis kerana Allah S.W.T.” - Hazrat Asy Sheikh Maulana Ih`naamul Hassan Khandahlawi Rahmatullahi A`laih

743. Imam Asy-Syafi’i berkata: “Mereka menanyakan mengapa engkau diam padahal engkau telah dihujat, maka kepada mereka aku katakan: Sesungguhnya menjawab mereka dapat membuka pintu kerusakan; Sedangkan diam dari orang jahil nan pandir adalah kemuliaan; Dan dalam diam itu juga merupakan perbaikan untuk terpeliharanya kehormatan.”

744. Utsman ibn Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Memikirkan (mengutamakan) urusan akhirat adalah merupakan tanda cahaya didalam hati.”

745. Umair bin Habib Al-Anshoriy radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika seorang diantara kalian ingin memerintahkan yang ma’ruf, dan melarang dari kemungkaran, maka hendaklah ia menempatkan dirinya di atas kesabaran terhadap segala cubaan (ujian), dan meyakini (akan mendapatkan) pahala dari Allah. Kerana barangsiapa yang meyakini (akan mendapatkan) pahala dari Allah, maka dia tidak akan merasakan cubaan apa pun. (HR. Ibnu Abid Dunya dalam Al-Hilm, 1/30)

746. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata: “Empat perkara yang dapat membuat hati menjadi keras iaitu berlebihan dalam berbicara, makan, tidur dan bergaul.” (Fawa-idul Fawa-id, hal.26)

747. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata: “Jika mengingkari kemungkaran menimbulkan sesuatu yang lebih mungkar dan di benci oleh Allah dan RasulNya, maka tidak boleh dilakukan, sekalipun Allah membenci pelaku kemungkaran dan mengutuknya.” (I’laamul Muwaqqi’iin, 3/4)

748. Az-Zuhr Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya ilmu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam. Barangsiapa yang ingin mendapatkan segudang ilmu secara tiba-tiba, nescaya ilmu yang diperoleh akan cepat hilang.”

749. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata: “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh kerana itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah kerana dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

750. Ketika Mu'adz bin Jabal ra. hampir wafatnya, dia berkata: “Ya Allah, aku dahulu takut kepada-Mu dan saat ini aku mengharapkan-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui bahawa aku tidak mencintai dunia dan tidak suka berlama-lama di dalamnya kerana mengalirnya sungai-sungai dan tumbuhnya pepohonan. Namun yang aku sukai adalah panasnya matahari dan penderitaan sesaat serta berkumpul dengan para Ulama.” (Hilyah al-Auliya: 1/239)
Posted by Unknown on Thursday, 1 May 2014 - Rating: 4.5
Title : Perkataan hikmah Orang Soleh #15
Description : 701. Syiekh Muhammad Ilyas Al-Kandhalawi Rahmatullahi A`alaih berkata: “Bagaimana aku ingin berhenti dari melakukan dakwah ini, sedangkan...
Tweet

0 Response to "Perkataan hikmah Orang Soleh #15"

Post a Comment

Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Entri Populer

Blog Archive

  • May (56)
  • April (51)

Labels

Adab Sunah Belajar Bahasa Arab biografi download nasyid Hukum Fiqih humor Kisah Sahabat Nabi Laporan Kerja Dakwah Afrika Selatan Laporan Kerja Dakwah Amerika Serikat Laporan Kerja Dakwah Arab Saudi Laporan Kerja Dakwah Colombia Laporan Kerja Dakwah indonesia Laporan Kerja Dakwah Inggris Laporan Kerja Dakwah Jepang Laporan Kerja Dakwah Laos Laporan Kerja Dakwah Malaysia Laporan Kerja Dakwah Pakistan Laporan Kerja Dakwah Prancis nasihat opini quran & hadist Tamsil
Copyright © 2014 Suara Islam Seruanku - All Rights Reserved
Design by Mas Sugeng - Powered by Blogger