601. al-Fudhail bin Iyadh berkata: “Lima tanda
celakanya seseorang adalah kerasnya hati, mata yang tidak bisa menangis,
sedikitnya rasa malu, cinta dunia, dan panjang angan-angan.” (Nashihati lin
Nisa’, hlm. 196-197)
602. al-Qasim al-Junaidi rahimahullah berkata:
“Malu adalah memerhatikan nikmat-nikmat (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan
menganggap dirinya kurang (mensyukuri nikmat-nikmat tersebut). Dari keduanya
terlahir rasa malu.” (Majalah Asy Syariah no. 62/VI)
603. Ummu Abdillah al-Wadi’iyyah
hafizhahallahu ta’ala berkata: “Malu adalah salah satu akhlak yang utama. Ia
merupakan perhiasan manusia. Hilangnya rasa malu akan menyebabkan segala macam
keburukan, sehingga terjadilah pertumpahan darah, dinodainya kehormatan manusia,
dilakukannya perbuatan-perbuatan keji, tidak dihargainya orang-orang tua, dan
campur baurnya laki-laki dengan para wanita.” (Majalah Asy Syariah no.
62/VI)
604. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah
menjelaskan: “Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengisyaratkan bahwa mengetahui
perkara yang ma’ruf dan yang mungkar dengan hati merupakan perkara yang wajib.
Tidak gugur kewajiban tersebut dari seorangpun. Maka barangsiapa yang tidak
dapat mengenalinya, dia akan binasa. Adapun mengingkari kemungkaran dengan lisan
dan tangan, kewajiban tersebut hanyalah disesuaikan dengan kemampuan. Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan: ‘Hampir-hampir saja orang yang hidup
di antara kalian akan menyaksikan kemungkaran yang tidak mampu untuk
diingkarinya, hanya saja Allah mengetahui dari hati orang tersebut bahwa dia
sangat membenci kemungkaran itu.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal.
258-259)
605. Dikatakan kepada Ibnul Mubarak:
“Himpunkanlah untuk kami akhlak-akhlak baik dalam satu kata!” Beliau
rahimahullah mengatakan, “Menjauhi marah.” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam, hal.
379)
606. 'Umar bin Abdul 'Aziz berkata: “Telah
beruntung orang yang dijaga dari hawa nafsu, kemarahan, dan ketamakan.” (Jami'ul
'Ulum wal Hikam, hal. 372)
607. Ja'far bin Muhammad berkata: “Kemarahan
itu adalah kunci dari segala macam kejelekan.” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam, hal.
372, 379)
608. “Salah satu tanda kebahagiaan dan
kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin
bertambah pula sikap tawadhu’ (rendah hati) dan kasih sayangnya. Dan semakin
bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut (kepada Allah) dan
waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan
nafsunya.” (Al Fawa’id, hal. 149)
609. Berkata Abdul Mun'in bin Idris dari
ayahnya: “Sa'id bin Musayyab rahimahullah tidak pernah ketinggalan sholat isya'
dan subuh berjama'ah selama 50 tahun.” (al-Hilyah, 2/162)
610. al Auza’i rahimahullah berkata: “Jika
Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum maka Allah menetapkan jidal(debat)
pada diri mereka dan menghalangi mereka dari amal.” (Siyar al-A’lam: 16/104,
Tadzkiratul Huffazh: 3/924, Tarikh Dimsyq: 35/202)
611. Imran al-Qashir rahimahullah berkata:
“Jauhi oleh kalian perdebatan dan permusuhan, jauhi oleh kalian orang-orang yang
mengatakan: Bagaimana menurutmu, bagaimana pendapatmu.” (Ibnu Baththah,
al-Ibanah al-Kubra: 639)
612. Mu’awwiyah ibn Qurrah rahimahullah
berkata: “Dulu dikatakan, pertikaian dalam agama itu melebur amal.” (Ibnu
Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 562)
613. Umar ibn Abdul Aziz rahimahullah berkata:
“Barangsiapa menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk perdebatan maka ia akan
banyak berpindah-pindah (agama).” (Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra:
565)
614. Bilakah orang kafir akan masuk Islam?
“Dengan dakwah yang bersungguh-sungguh,Insyaallah orang-orang kafir akan masuk
Islam.” - Maulana Muhammad Yusuf Rah.a
615. “Keistimewaan menuntut ilmu cara Nabi
salallahu a'laihi wasallam ialah apabila bertambah ilmu, merasa bertambah jahil
dan merasa kurang ilmu.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a
616. Perumpamaan orang yang bertaubat dari
dosa lahiriyah seperti orang yang memotong pohon padi dari batangnya, nanti akan
tumbuh kembali bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Orang yang bertaubat dengan
sempurna (terhadap dosa-dosa batiniah dan lahiriyah) adalah orang yang mencabut
pohon padi dengan akarnya sekali, sehingga tidak tumbuh lagi. -
Tamthil
617. Imam Syafi'i berkata: “Berkatalah
kehendakmu untuk menghinaku, diamnya aku dari orang yang hina adalah satu
jawaban. Bukanlah artinya aku tak ada jawaban. Tetapi tidaklah pantas seekor
singa meladeni anjing-anjing.” (Diwan asy Syafii: 44)
618. Imam Syafi'i berkata: “Setiap orang yang
meremehkan perkara solat, bererti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki
bahagian dalam Islam berkadar dengan penjagaannya terhadap solat lima waktu.
Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul
memperhatikan solat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah!
Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bahagian didalam
Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar solat dalam hatimu.” (Ash
Sholah, hal. 12)
619. “Hendaklah kamu berjanji terhadap dirimu
sendiri untuk menjadi baik, sehingga dengan hal itu ia akan menjadi ahli
kebajikan. Sebab jika anda melakukan demikian, maka kebajikan akan datang
mencarimu sebagaimana air mengalir mencari tempat yang curam.” (Al Adab Ash
Shaghir wa Al Adab Al Kabir)
620. Imam Malik berkata: “Barangsiapa yang
mencari ilmu untuk diamalkan, maka Allah memberinya taufiq dan barangsiapa yang
mencari ilmu tidak untuk diamalkan, maka tidaklah menambah ilmu tersebut,
kecuali kesombongan.” (Hilyatul Auliyaa')
621. Maimun bin Mahron rahimahullah berkata:
“Sabar ada dua. Sabar pada musibah maka itu baik, sabar yang paling utama adalah
sabar dari melakukan maksiat.” (Da'un Nufus, hal.7)
622. Ibnu Umar radiyallahu'anhu berkata:
“Makhluk Allah yang paling jahat, mereka mengambil ayat-ayat al Quran yang
sebenarnya turun untuk orang kafir, tetapi digunakannya kepada orang Mukmin.”
(Fathul Bari: XV/313)
623. Syeikhul Islam Zakariyya al-Ansari
berkata: “Sekiranya orang berilmu meninggalkan ibadat sunat, wirid-wirid dan
adab-adab orang yang dekat dengan Allah, nescaya dia seolah-olah roti kering
yang tidak berzat.”
624. Ibnu Mas’ud berkata: “Nilailah seseorang
itu dengan siapa ia berteman, kerana seorang muslim akan mengikuti muslim yang
lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir lainnya.” (Syarhussunnah
Al-Baghawi: 13/70)
625. Qatadah berkata: “Sesungguhnya kami, demi
Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan teman buat dirinya kecuali yang
memang menyerupai dirinya, maka bertemanlah dengan orang-orang yang shalih dari
hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti
mereka.” (Al-Ibanah: 2/477, no.511)
626. Imam al-Bukhari berkata: “Orang muslim
yang paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia), maka
bersabarlah wahai para pencinta sunnah, kerana sesungguhnya kalian adalah orang
yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia).” (al-Jaami’ li akhlaaqir
raawi': 1/168)
627. Imam Asy Syafi’i berkata: “Jika dirimu
tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), maka kamu akan tersibukkan
dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109)
628.Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma suatu hari
memandang ke Ka’bah lalu ia berkata: “Alangkah agungnya engkau dan alangkah
besarnya kehormatanmu, namun orang Mukmin memiliki kehormatan yang lebih besar
di sisi Allah dibanding dirimu.” (Tafsir Ibnu Katsir: 4/274)
629. Ibnul Qoyyim berkata: “Termasuk
tanda-tanda pengagungan perintah dan larangan adalah dengan tidak mencari-cari
keringanan sehingga dia terjerumus pada batas yang menjadikannya tidak lurus di
atas jalan yang lurus.” (Al-Wabilu Shoyyib, hal.24)";
630. Yusuf bin Al-Husain Ar-Roozi rahimahullah
berkata: “Perkara yang paling berat di dunia adalah ikhlas, betapa sering aku
berijtihad (bersungguh-sungguh) untuk menghilangkan riyaa' dari hatiku akan
tetapi seakan-akan riyaa' tersebut kembali muncul lagi dalam bentuk yang lain.”
(Jaami'ul 'Uluum wal Hikam: 42)
631. As-Suusi rahimahullah berkata: “Ikhlas
adalah hilangnya perasaan memandang bahawa diri sudah ikhlas, kerana barang
siapa yang melihat tatkala dia sudah ikhlas bahawasanya ia adalah seorang yang
ikhlas, maka keikhlasannya tersebut memerlukan kepada keikhlasan.” (Tazkiyatun
Nufuus: 4)
632. Tujuan usaha atas agama bukanlah kerana
melibatkan sebahagian aspek dan golongan di dalam agama untuk menyebarkannya,
tetapi tujuan utama dalam usaha atas agama ialah di dalam keseluruhan agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W dan pengamalan para Sahabat R.Anhum di
bangkitkan semula dan ianya berkembang. - Maulana Muhammad Yusuf
rah.a
633. Usaha ini memiliki zahir dan juga batin.
Zahir usaha ini adalah adanya jemaah-jemaah 4 bulan, 40 hari, 3 hari dan
lain-lain. Batin dalam usaha ini adalah bagaimana setiap orang islam mempunyai
kefahaman bahawa harta, diri dan waktu itu digunakan bersesuaian dengan kehendak
Allah swt. Sehingga harta, diri dan waktu itu digunakan untuk menyampaikan agama
kepada seluruh ummat di seluruh dunia. - Maulana Muhammad Ilyas rah.a
634. Hazrat Maulana Zeyad Danka sedang
berjalan kaki menuju masjid dan seorang hamba Allah telah memberi cadangan dan
mengajaknya untuk menaiki kereta. Hazrat Maulana menjawab: “Apakah
kesalahan/dosa yang telah dilakukan oleh tayar dan kereta? Kaki kita telah
banyak kali melakukan dosa. Apabila kita berjalan kaki ke masjid, dosa anggota
kaki kita akan diampun oleh Allah S.W.T.” (Priceless Advices for All Workers of
Deen: Part 4)
635. Kerosakan dunia pada hari ini adalah
berpunca daripada buruknya amalan orang islam pada hari ini. Jangan kita menuduh
pihak lain, tentang rusuhan, bencana alam, maksiat dan mungkar yang berlaku,
salahkan diri kita sendiri kerana kita sendiri tidak beramal dan sebarkan agama.
- Maulana Muhammad Umar Palanpuri Rah.A.
636. Maulana Zeyad Danka berkata: “Walau
apapun kesusahan dan kesulitan yang kita hadapi sekarang dan masa akan datang di
dalam jalan ini, Allah S.W.T telah menetapkan bahawa ianya sebagai petunjuk dan
rahmat (hidayah) untuk ummah. Kerana, jika seseorang itu berkehendakkan hidayah
untuk ummah, maka ia tidak boleh walau sekalipun membenci, mengeluh serta
bersangka buruk kepada Allah S.W.T di dalam menghadapi kesusahan dan kesulitan
di dalam berkerja untuk agama Allah S.W.T.” (Priceless Advices for All Workers
of Deen: Part 3)
637. Maulana Zeyad Danka berkata: “Kesukaran
dan menjalani kesusahan ialah tujuan utama usaha atas agama ini. Dengan kita
menjauhkan diri dari mengharap kepada mahluk dan kesenangan serta keselesaan
ini, kita akan mendapat inspirasi dari susah payah yang telah dibuat oleh
orang-orang terdahulu sebelum kita untuk agama Allah S.W.T dan dibimbing serta
belajar di dalam usaha atas agama ini. Kita akan mendapat ilham dan bantuan dari
Allah S.W.T di dalam menjalankan usaha atas agama dan setanding serta dekat
dengan Sunnah Nabi Muhammad S.A.W.” (Priceless Advices for All Workers of Deen:
Part 4)
638. Maulana Muhammad Yusuf Khandahlawi Rah.A
berkata: “Apabila kita terlihat suatu kesalahan yang dibuat oleh seseorang, maka
janganlah kita terkesan dengan kesalahan individu itu. Sebaliknya kita kenalah
melihat pengorbanan dan susah payah yang individu itu telah buat untuk agama.
Ketika itulah kita akan menyedari bahawa pengorbanan yang telah dibuat oleh
seseorang itu besar dan kesalahan itu akan menjadi lemah dan kecil berbanding
dengan pengorbanan yang telah dibuat. Dengan cara inilah kita akan sangat-sangat
menghargai dan menghormati seseorang, dan penambahbaikan dan muhasabah (islah)
akan dibuat di dalam diri setiap individu dalam ummah.” (Priceless Advices for
All Workers of Deen: Part 2)
639. Abu Muslim Al-Khaulani berkata: “Ulama
ada tiga macam: Ulama yang hidup dengan ilmunya dan manusia pun hidup
bersamanya, ulama yang hidup dengan ilmunya tetapi manusia tidak hidup
bersamanya, dan ulama yang manusia hidup dengan ilmunya sementara dirinya
sendiri binasa.” (Hilyatul Auliya’: 5/121)
640. Selagi mana hati kamu ada perasaan benci
kepada umat Islam di dunia ini, maka peringkat dakwah kamu tidak akan naik. -
Hajji Mohammed Abd Wahhab
641. Berkata al-Khalil bin Ahmad Rahimahullah:
“Waktu ada 3 macam: Waktu berlalu darimu takkan kembali, waktu yang terjadi
lihatlah ! bagaimana ia akan berlalu darimu, dan waktu yang kamu tunggu bisa
jadi kamu takkan menjumpainya.” (Thobaqot Hanabilah: 1/28)
642. Berkata Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah:
“Ikatlah sifat marahmu dengan menaburi kelembutan, kerana marah itu seperti
anjing, jika kamu lepas maka dia akan menggigitmu.” (al-Fawa'id,
hal.69)
643. Berkata Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah:
“Jadilah sebagai anak akhirat dan jangan jadi anak dunia, kerana seorang anak
akan mengikuti ibunya.” (al-Fawa'id, hal.70)
644. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Demi
Allah! Sungguh, mencintainya benar-benar termasuk dosa yang terbesar. Dan
tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang melainkan kerana cinta dunia.
Bukankah sebab disembahnya patung-patung serta dimaksiatinya Ar-Rahman tidak
lain kerana cinta dunia dan lebih mengutamakannya?” (Mawa’izh:
hal.138)
645. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata:
““Sungguh aku benar-benar dapat mengenali kecintaan seseorang terhadap dunia
dari (cara) penghormatannya kepada ahli dunia.” (Mawa’izh: hal.120)
646. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Telah
sampai kepadaku bahawasanya akan datang suatu masa kepada umat manusia di mana
pada masa itu hati-hati manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga
hati-hati tersebut tidak dapat dimasuki rasa takut terhadap Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dan itu dapat engkau ketahui apabila engkau memenuhi sebuah kantung
kulit dengan sesuatu hingga penuh, kemudian engkau bermaksud memasukkan barang
lain ke dalamnya, namun engkau tidak mendapati tempat untuknya.” (Mawa’izh:
hal.120)
647. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata:
“Kelebihan dunia adalah kekejian di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari
kiamat.” Beliau ditanya: “Apa yang dimaksud dengan kelebihan dunia?” Beliau
menjawab: “Yakni engkau memiliki kelebihan pakaian sedangkan saudaramu
telanjang; dan engkau memiliki kelebihan sepatu sementara saudaramu tidak
memiliki alas kaki.” (Mawa’izh: hal.76)
648. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Tiga
perkara yang merupakan bahagian dari kesabaran; engkau tidak menceritakan
musibah yang tengah menimpamu, tidak pula sakit yang engkau derita, serta tidak
merekomendasikan dirimu sendiri.” (Mawa’izh: hal.81)
649. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:
“Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih besar daripada menahan
al-hilm (kesantunan) di kala marah dan menahan kesabaran ketika ditimpa
musibah.” (Mawa’izh: hal.62)
650. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:
“Kebaikan yang tiada keburukan padanya adalah bersyukur ketika sihat wal afiat,
serta bersabar ketika diuji dengan musibah. Betapa banyak manusia yang
dianugerahi berbagai kenikmatan namun tidak mensyukurinya. Dan betapa banyak
manusia yang ditimpa suatu musibah akan tetapi tidak bersabar atasnya.”
(Mawa’izh: hal.158)