401. Ibnu Mas’ud berkata: “Tidak ada anggota
tubuh yang lebih perlu untuk dikekang dalam waktu lama, selain dari lisanku.”
(Minhajil Qashidin: 215)
402. Ka’ab Al-Ahbar berkata: “Menangis kerana
takut kepada Allah lebih aku sukai daripada bersedekah dengan 2 kg emas.”
(Tarikhul Islam, III/39)
403. Imam al-Ghazali berkata: “Berteman dan
bergaul dengan orang baik akan mewariskan sikap baik. Kerana tabiat manusia
cenderung selalu meniru dan mengikuti. (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)
404. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Ikatlah
nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepada-Nya.” (Tazkiyah An Nafs:
98)
405. Salman r.a berkata: “Orang yang banyak
mencari fadhilah amalan sunnah tapi tidak menyempurnakan amalan wajib bagai
pedagang yang rugi tapi ingin mencari keuntungan.” (Tanbihul Mughtarin:
159)
406. Hasan bin Sholih berkata: “Mengerjakan
kebaikan adalah kekuatan di badan, cahaya di hati dan sinar di mata.” (Hilyatul
Auliya’: VII/330)
407. Sa’id bin Musayyib berkata: “Barangsiapa
menjaga solat lima waktu secara berjama’ah, maka ia telah memenuhi daratan dan
lautan dengan ibadah.” (Hilyatul Auliya’: II/160)
408. Harist bin Qois berkata: “Jika setan
mendatangimu ketika sedang sholat, lalu dia berkata, “Kamu pamer!” maka
perpanjanglah sholatmu!” (Hilyatul Auliya’: IV/132)
409. “Sesungguhnya kematian itu dapat
melenyapkan kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang diliputi oleh
kenikmatan itu, oleh sebab itu carilah kenikmatan yang tidak ada kematiannya.”
(Abdullah bin Mutharif rahimahullah)
410. Sa’id bin Abdul Aziz berkata: “Setiap
kali aku berdiri dalam solatku, aku selalu terbayang-bayang neraka jahanam.”
(Hilyatul Auliya’: VII/274)
411. “Beramallah untuk duniamu sesuai keadaan
tinggalmu di sana. Dan beramallah untuk akhiratmu sesuai kadar kekekalanmu di
sana.” (Sufyan Ats Tsauri rahimahullah)
412. Muadz bin Jabal r.a berkata: “Jika kamu
solat, maka solatlah seperti orang yang bermusafir. Jangan mengira bahawa kamu
akan kembali kepadanya untuk selamanya.” (Hilyatul Auliya’: I/234)
413. Hudzaifah r.a berkata: “Sesuatu yang
pertama kali hilang dari agama kamu adalah khusyu’ dan sesuatu yang paling
terakhir hilang dari agama kalian adalah sholat.” (Hilyatul Auliya’:
I/281)
414. Abu Darda r.a berkata: “Jadikanlah
ucapanmu dalam rangka berdzikir dan diammu dalam rangka berfikir serta
renunganmu dalam rangka mengambil pelajaran.” (Al Aqdul Farid, 3/110)
415. Ibnu Mas’ud r.a berkata: “Sungguh
seandainya Allah menerima dariku satu amalan, maka hal itu lebih aku sukai
daripada emas yang memenuhi bumi.” (Kanzul Amal: 3/698)
416. Jabir bin Zaid berkata: “Aku lebih suka
bersedekah satu dirham kepada anak yatim atau orang miskin daripada menunaikan
ibadah haji setelah haji wajib.” (Hilyatul Auliya’: 3/89)
417. Al-Hasan berkata: “Carilah kenikmatan
dalam tiga hal: Sholat, Al Qur’an, dan dzikir. Jika kamu menemukannya maka
teruskanlah dan bergembiralah.” (Hilayatul Auliya’: 6/171)
418. Khalid bin Mi’dan berkata: “Jika pintu
kebaikan dibukakan untukmu, maka bergegaslah menuju ke sana. Kerana kamu tidak
tahu bila pintu itu ditutup.” (Hilyatul Auliya’: 5/211)
419. Yahya bin Mu’adz berkata: “Dunia adalah
jambatan akhirat. Maka seberangilah ia dan janganlah kamu menjadikannya sebagai
tujuan.” (Siyaathul Quluub: 35)
420. “Janganlah kamu meminta kebutuhanmu
kepada anak Adam. Mintalah hanya pada pintu-Nya yang tak pernah tertutup. Allah
akan murka jika kamu meninggalkan bermohon kepada-Nya, sedangkan anak Adam akan
murka jika kamu memohon kepadanya.” (Tazkiyatun Nafs: 55)
421. Yahya bin Mu’adz berkata: “Seandainya
akal dapat melihat hiburan syurga melalui mata imannya, nescaya akan leburlah
jiwa ini kerana rindu kepadanya.” (Siyaathul Quluub: 34)
422. Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa
yang memusatkan hatinya kepada Allah, nescaya akan terbukalah sumber-sumber
hikmah dalam hatinya dan mengalir melalui lisannya.” (Siyaathul Quluub:
33)
423. Wahab bin Munabih berkata: “Waspadalah
terhadap hawa nafsu yang dituhankan, teman yang jahat, dan keterpukauan dengan
diri sendiri.” (Siyaru Alaamin Nubala: IV/549)
424. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Waktu akan
semakin berharga bila dijaga dengan baik, tetapi aku melihat waktu itu sesuatu
yang paling mudah dilalaikan.” (Thabaqat Hanabilah: I/281)
425. Raghib As-Sirjani berkata: “Tanda
terkabulnya doa adalah semakin ringan beramal soleh, tertarik dengan segala
ketaatan, selalu berhasrat untuk berbuat baik, takut balasan maksiat, dan
tersentuh ketika mendengar bacaan Al-Quran, hadits dan ilmu-ilmu lain yang
bermanfaat.” (Risalatui ila shabab Al Ummah)
426. Al-Barudi berkata: “Perhatikanlah diri
kamu sendiri dengan meneliti segala aib kamu. Kerana orang yang tidak pernah
melihat aib dirinya sendiri, tidak akan bermanfaat segala bentuk nasihat
kepadanya.” (Adab ad-Dunya wa ad-Dien: 358)
427. Berkata Umar bin Abdul Aziz rahimahullah:
“Barang siapa yang mengetahui bahawa ucapannya termasuk perbuatannya, maka dia
akan sedikit bercakap kecuali perkara yang bermanfaat.” (al-Bidayah wan-Nihayah:
9/225)
428. Al-Hasan berkata: “Seorang mukmin hidup
di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari
penawanan dan dia tidak akan merasa aman kecuali apabila dia telah berjumpa
dengan Allah Subhana Wata'ala.” (Al-Hasan Al-Bashri)
429. “Tujuan utama dakwah adalah untuk satukan
seluruh manusia. Amal manusia adalah Hakim. Jika amal baik, Allah akan turunkan
kebaikan.” - Maulana Umar Palanpuri rah.a
430. “Tabligh maksudnya keinginan kita
bercakap tentang kehebatan Allah lagi dan lagi, dengan ini hubungan dengan Allah
akan tercapai. Orang kufur mencanangkan yang islam tersebar dengan mata pedang.
Sahabat perang kerana nak operate (bedah) sebab antibiotik (dakwah) dan cream
(akhlak) tidak beri kesan kepada orang kafir. Sahabat perang adalah keputusan
terakhir demi menyelamatkan ribuan umat yang inginkan islam.” - Maulana Umar
Palanpuri rah.a
431. “Lapar itu seperti awan. Bila seseorang
itu dalam keadaan lapar, maka awan itu akan menurunkan hujan hikmah dan
kelembutan kedalam hatinya.” (Abu Yazid al-Bistami rah.a)
432. Umar bin Khattab (r.a) berkata: “Hisablah
diri kalian sebelum nanti di akhirat kalian dihisab. Dan timbanglah amalan
kalian sebelum nanti di akhirat kalian ditimbang. Hendaklah kalian menghisab
diri kalian pada saat masih hidup, kerana hal itu akan meringankan pada hari
perhitungan kelak di akhirat”. (Imam Ibnul Jauzi, Shifatush Shafwah)
433. Seorang salafus soleh bersyair: “Orang
yang memberikan hawa nafsu apa saja yang disenanginya, Seperti orang yang
melempar kayu kering ke dalam api yang menyala.” (Liwanul Al-Ma’i Syarah Diwan
Imam Ar-Rafi’i)
434. Sufyan Ats-Tsauri bersyair: “Akan sirna
kenikmatan dari orang yang mencapainya dengan cara haram, Tinggallah yang
tersisa dosa dan kehinaan, Akhir yang buruk pasti ada menanti dihadapan, Tiada
kebaikan pada kenikmatan yang diakhiri siksaan.” (Raudhatul Muhibbin)
435. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Aku
mengingatkan, bahawa maksiatlah yang menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam
api neraka. Kemaksiatan memang memberikan kenikmatan di dunia, padahal
sebenarnya kemaksiatan hanyalah tipu daya dan tidak ada gunanya. Sungguh
menghairankan bagaimana mungkin seseorang yang waras akan menuruti hawa nafsunya
dan lebih senang dengan neraka jahannam nantinya?” (Shaidul Khatir)
436. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Keutamaan akal
terletak pada kemampuannya memikirkan akibat. Hanya orang yang kurang akal saja
yang berbuat sesuatu tanpa memikirkan akibat yang ada di depannya. Seperti
seorang pencuri hanya memikirkan bagaimana seronoknya mengambil harta tanpa
sepengetahuan pemiliknya, namun ia lupa dengan hukuman potong tangan sebagai
balasan akibat perbuatannya.” (Shaidul Khatir)
437. Al Hasan pernah berkata: “Sesungguhnya
seseorang melakukan suatu dosa sehingga akibatnya dia akan dihalangi dari
melaksanakan qiyamul lail.” (Al Ihya: 10/442)
438. Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku tidak
dapat melaksanakan qiyamul lail disebabkan perbuatan dosa yang kulakukan 5 bulan
yang lalu.” (Hilyatul Auliya: 7/17)
439. Fudhail bin Iyadh berkata: “Apabila
engkau tidak mampu melaksanakan qiyamul lail dan puasa pada siang hari, maka itu
akibat dari perbuatan dosa yang engkau lakukan.” (As Siyar: 8/435)
440. Syumaith bin Ajlan berkata: “Manusia ada
dua golongan. Ada golongan yang mencari bekal di dunia untuk persiapan di
akhirat, dan golongan lainnya hanya bersenang-senang di dunia. Maka tanyakanlah
pada dirimu sendiri: termasuk golongan manakah kamu?” (Shifatush
Shafwah)
441. Seorang salafus soleh bersyair: “Engkau
berangan-angan panjang di bumi, Padahal tidak diketahui apa yang akan terjadi,
Bila gelap malam telah menyelimuti, Masih hidupkah engkau esok hari?, Betapa
banyak orang yang sihat tiba-tiba mati, Tanpa sebab yang dapat diketahui, Dan
betapa banyak orang yang sakit ingin mati, Tetapi ia masih hidup hari demi
hari.” (Mawarid Az-Zam’an li Durus Az-Zaman)
442. Qatadah menceritakan, ketika Amir bin Abi
Qais at-Tamimi menjelang wafat, beliau menangis. Kemudian beliau ditanya: “Apa
yang membuatmu menangis?” Ia menjawab: “Aku menangis bukan kerana takut mati dan
cinta dunia. Yang membuatku menangis kerana aku tidak dapat berpuasa di siang
hari dan melaksanakan solat di malam hari lagi.” (Siyar A’lam
an-Nubala)
443. Ali bin Abi Thalib r.a berkata: “Masa
hidup di dunia adalah untuk beramal, dan belum akan dihisab. Sedangkan kehidupan
berikutnya adalah masa untuk dihisab, dan sudah tertutup untuk beramal.”
(Jami’ul wal Hikam)
444. Ada kata hikmah yang menyatakan: “Buah
dari qana’ah adalah kelapangan hati, sedangkan buah dari tawadhu’ adalah
dicintai manusia.”
445. Yahya bin Ma’in pernah berkata: “Aku
tidak pernah melihat orang seperti Ahmad bin Hanbal. Kami berteman dengannya
selama 50 tahun, dan ia sama sekali tidak pernah membanggakan kesolehan dan
kebaikan dirinya kepada kami.” (Manaqib Imam Ahmad)
446. Seorang salafus soleh bersyair: “Terlihat
olehku sang waktu berputar tak seirama, Tak ada kesedihan maupun kesenangan yang
lama, Raja-raja telah berlumba-lumba membangun istana, Tapi kelak raja maupun
istananya tak ada yang tersisa.”
447. Seorang salafus soleh bersyair: “Apalah
ertinya banyaknya harta seseorang, Jika ia mati pun hanya membawa kain kafan,
Biarlah di dunia ia kedekut kerana kecintaan terhadap wang, Di akhirat nanti ia
tetap menghadapi hisab dan perhitungan.”
448. Salman Al-Farisi berkata: “Ilmu itu
banyak, sementara umur kita pendek, maka ambillah ilmu yang engkau butuhkan
dalam urusan agamamu, dan tinggalkan selainnya, jangan disibukkan dengannya.”
(Tahdzib Hilyatul Auliyaa 1/161)
449. Abu Darda berkata: “Hendaklah seseorang
waspada untuk menjadikan hati kaum mukminin marah kepadanya sementara ia tidak
merasa!” Dikatakan kepadanya: “Bagaimana itu akan terjadi?” Beliau berkata:
“Seorang hamba melakukan maksiat secara tersembunyi, lalu Allah melemparkan
kebencian kepada hati kaum mukminin kepadanya sementara ia tidak merasa.”
(Sifatus Shafwah 1/325)
450. Umar bin Al-Khatthab berkata: “Siapa yang
banyak tertawa, akan jatuh wibawanya. Siapa yang banyak bercanda, akan dipandang
hina. Siapa yang banyak melakukan sesuatu, akan dikenal dengannya. Siapa yang
banyak berbicara, akan banyak kesalahannya. Siapa yang banyak kesalahannya, akan
sedikit rasa malunya. Siapa yang sedikit rasa malunya, akan sedikit wara'nya.
Dan siapa yang sedikit wara'nya, hatinya akan mati.” (Sifatush shafwah
1/149)