• About
  • Sitemap
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact

Suara Islam Seruanku

  • Home
  • Adab Sunnah
  • Nasihat
  • biografi
  • Dakwah
  • Al Kisah
  • quran-Hadist
  • Download
  • Hukum Fiqih
  • Bahasa Arab
Home » nasihat » Perkataan hikmah Orang Soleh #7

Perkataan hikmah Orang Soleh #7

301. Sulaiman bin Dawud berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, apabila engkau berjanji maka janganlah engkau mengingkarinya. Kerana mengingkari janji dapat mengubah rasa cinta menjadi rasa benci.” (Adab al-Imla wal Istimla: 41)

302. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: “Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sufyan al-Mustamli, dia berkata: Aku pernah bertanya kepada bapakmu, Ahmad bin Hanbal: 'Bagaimana engkau dapat mengetahui seseorang itu termasuk pendusta?' Beliau menjawab: 'Dari janji-janji mereka'.” (Ma'alim fi Thariq Thalab al-Ilmi: 164)

303. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah menuturkan: “Ketahuilah, perumpamaan sabar dengan iman seperti kepala dengan badan. Jika kepalanya terpotong maka binasalah badannya.” (Uddatush Shabirin: 95)

304. Berkata Al-Hasan: “Sabar adalah perbendaharaan syurga yang tidak diberikan Allah kecuali bagi hamba yang mulia di sisi-Nya.” (Uddatush Shabirin: 95)

305. Umar bin Khattab radhiallahuanhu berkata: “Kami mendapati keutamaan hidup dengan bersabar. Kalaulah sabar itu adalah seorang lelaki maka tentulah ia sangat mulia.” (Uddatush Shabirin: 95)

306. Al-Imam Ibnu Hazm berkata: “Aku berusaha meneliti sesuatu yang dicari oleh semua orang. Ternyata kudapatkan semua orang mencari: ketenangan hidup dan hilangnya kegelisahan.” (Mudawah an-Nufus: 76).

307. Imam Asy-Syaukani menjelaskan maksud ayat “kehidupan yang baik” adalah kebahagiaan hidup di dunia. Dan kebahagiaan di akhirat dijelaskan pada ayat selanjutnya (QS. An-Nahl: 97): “Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Fathul Qadir: 3/297)

308. Imam Ibnul Qayyim berkata mengenai ayat (QS. An-Nahl: 97): Ini adalah berita gembira dari Yang Maha Benar. Dia memberitahu hamba-Nya bahwa sesungguhnya orang yang beramal soleh akan dihidupkan Allah dengan kehidupan yang baik menurut kadar amal dan imannya. Selanjutnya beliau berkata: Maka Allah Taala mengkhabarkan kebahagiaan orang yang berilmu dan beramal soleh. Di dunia dijamin hidupnya bahagia, dan di akhirat mendapatkan balasan yang lebih baik pula. (Badai'ut Tafsir: 3/51)

309. Ibrahim bin Adham berkata: “Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kenikmatan hati kami, niscaya mereka akan merebutnya walaupun dengan menebas kami dengan pedang-pedang mereka.” (Hilyatul Auliya': 7/370)

310. Al Imam Ibnu Hazm (wafat 456 H) berkata: “Adapun celaan manusia, kalau memang benar maka hal itu dapat mencegahnya dari perbuatan tercela. Namun apabila celaannya tidak benar dan dia sabar, bererti dia mendapatkan keutamaan sabar dan akan mengambil pahala kebajikan orang yang mencelanya, sehingga dia akan menuai pahala kelak di hari kiamat dengan perbuatan yang tidak memberatkan pula.” (Mudawah an-Nufus wa Tahdzib al-Akhlaq: 80)

311. Al Imam Ibnu Hazm (wafat 456 H) berkata: Seseorang yang mencermati dengan saksama -sekalipun pahit rasanya- akan mengetahui bahwa celaan manusia kepadanya justeru lebih baik daripada pujian mereka. Kerana pujian manusia dapat membuatnya lupa diri dan menimbulkan ujub yang akan merosak keutamaannya. (Mudawah an-Nufus wa Tahdzib al-Akhlaq: 80)

312. Ibnu Buraidah berkata: Aku melihat Ibnu Abbas radiallahu 'anhu memegang lidahnya sambil berkata: “Celaka kau lidah, ucapkanlah kebaikan, nescaya kau beruntung. Dan jangan kau ucapkan ucapan yang buruk, nescaya kau selamat. Jika tidak demikian, maka engkau akan menyesal.” Bahkan Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu pernah bersumpah bahawa tidak ada di dunia ini sesuatu yang paling perlu dipenjara dalam waktu yang lama melebihi lisan. (Jami'ul Ulum wal Hikam: 241, 244)

313. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: “Ciri ilmu yang bermanfaat diantaranya sedikit berbicara, kerana takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnya sedikitnya perkataan orang-orang terdahulu (salafus soleh) bukanlah kerana mereka tidak mampu untuk berbicara banyak, tetapi lebih disebabkan kerana mereka memiliki sifat wara' dan takut kepada Allah Ta'ala.” (Fadhlu Ilmi Salaf 'ala Ilmi Khalaf)

314. Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Ketahuilah, setiap orang yang telah dewasa dan mukallaf seharusnya menjaga lisannya dari segala bentuk perkataan, yakni tidaklah ia berkata kecuali perkataan yang betul-betul mengandungi manfaat. Jika manfaat yang terkandung sama diantara ia diam atau berbicara, maka tindakan yang sesuai sunnah adalah sebaiknya ia memilih diam. Kerana terkadang ucapan yang mubah, lambat-laun akan mengantarkan untuk mengucapkan kata-kata yang haram atau makruh. Kejadian seperti itu banyak terjadi. Sedangkan selamat dari mengucapkan sesuatu yang haram merupakan harta yang tidak ternilai.” (Al-Adzkar: 284)

315. Syair As-Safarini dalam Gidzaaul Al Baab (II/233), ia berkata: “Sebaik-baik dan paling sempurnanya akhlak seorang pemuda, adalah kerendahan hatinya kepada manusia padahal kedudukannya mulia.”

316. Ibnul Mubarak pernah mengingatkan: “Jadilah engkau orang yang tawadhu' dan tidak menyukai akan menjadi terkenal. Namun janganlah engkau pura-pura tawadhu' sehingga engkau menjadi riya'. Sesungguhnya mengaku diri sebagai orang yang tawadhu' justeru mengeluarkanmu dari ketawadhu'an, kerana dengan caramu tersebut engkau telah menarik pujian dan sanjungan manusia.” (Shifatush Shafwah: IV/137)

317. Abu Bakr r.a berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah dilantik menjadi pemimpin kamu, bukanlah aku yang terbaik dalam kalangan kamu. Jika aku betul, tolonglah aku. Jika aku salah, betulkanlah aku. Taatlah aku selagi aku taatkan Allah dan RasulNya. Jika aku derhakakan Allah dan RasulNya, maka tiada ketaatan untukku.” (Al-Kamil fi al-Tarikh: 1/361)

318. Berkata Fudhoil bin 'Iyaadh: “Kalau seandainya aku memiliki sebuah doa yang mustajab (dikabulkan) maka aku akan mendoakan untuk kebaikan Imam (pemimpin) kerana baiknya imam merupakan kebaikan bagi negeri dan masyarakat.” (As-Siyar, 8/434)

319. Berkata Fudhail bin 'Iyaadh: “Telah sampai berita kepadaku bahawasanya para ulama dahulu jika mereka menuntut ilmu maka mereka mengamalkannya, dan jika mereka beramal maka mereka menjadi sibuk (beramal), dan jika mereka sibuk maka mereka tidak nampak, dan jika mereka tidak nampak maka mereka pun dicari-cari, dan jika mereka dicari-cari maka mereka pun lari menghindar.” (As-Siyar, 8/439-440)

320. Abu Qilabah berkata: “Apabila engkau mendengar khabar yang menceritakan keburukan saudaramu, maka carilah alasan agar tetap bersangka baik kepadanya. Jika engkau tidak dapatkan apa-apa alasan, maka katakanlah pada dirimu: Mungkin saudaraku itu memiliki alasan yang aku tidak mengetahuinya.” (Shifatush Shafwah)

321. Ibnul Mubarak (wafat 181 H) pernah meminjam pena kepada seseorang ketika ia berada di negeri Syam. Lalu beliau lupa mengembalikannya, dan pena itu ikut terbawa ketika ia meninggalkan Syam. Waktu Ibnu Mubarak telah sampai di Antokia(wilayah di Turki), beliau baru teringat bahawa dirinya belum mengembalikan pena tersebut kepada pemiliknya. Kemudian beliau kembali ke Syam dengan berjalan kaki untuk mengembalikan pena tersebut. (Asna al-Mathalib fi Shilah al-Arham wa al-Aqarib: 279)

322. Thalq bin Habib rahimahullah mengatakan: “Taqwa adalah kamu mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah disertai rasa takut akan siksaan dari Allah.” (Tafsir al-Qur'an al-'Azhim: 6/222)

323. Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata: “Sesungguhnya orang yang berbahagia itu adalah yang mengambil ikhtibar daripada kejadian yang menimpa orang lain.” (al-Fawa'id, hal.140)

324. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Carilah hatimu pada tiga tempat, ketika mendengarkan bacaan al-Qur’an, pada saat berada di majelis-majelis dzikir/ilmu, dan saat-saat bersendirian. Apabila kamu tidak berhasil menemukannya pada tempat-tempat ini, maka mohonlah kepada Allah untuk mengaruniakan hati kepadamu, kerana sesungguhnya kamu sudah tidak memiliki hati -yang hidup- lagi.” (al-Fawa'id, hal. 143)

325. Imam Malik mengatakan: “As Sunnah adalah seperti perahu Nabi Nuh. Barang siapa yang menaikinya maka dia akan selamat. Dan barang siapa yang tertinggal darinya maka dia akan tenggelam.”

326. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Hasad adalah sekadar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.” (Amrodhul Qulub wa Syifauha, hal. 31)

327. Umar bin Abdil Aziz mengatakan: “Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerosakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.” (Al Amru bil Maruf: 15)

328. Al-Qadhi mengatakan: “Orang yang berilmu diumpamakan seperti bulan dan abid (ahli ibadah) diumpamakan seperti bintang kerana kesempurnaan ibadat dan cahayanya tidaklah muncul dari abid. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh pada yang lainnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/376)

329. Ibnu Mas'ud berkata: “Rasa takut kepada Allah Ta'ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahawa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan.” (Mushannaf Ibni Abi Syaibah, no. 34532)

330. Al Fudahil bin Iyadh berkata: “Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga).” (Az Zuhd-Al Baihaqi)

331. Imam Hasan al-Bashri berkata: “Orang mukmin bersangka baik kepada Rabb-nya (Allah Ta'ala) maka dia pun memperbaiki amal perbuatannya, sedangkan orang-orang kafir dan munafik bersangka buruk kepada Allah maka mereka pun memperburuk amal perbuatan mereka.” (Tafsir Imam Ibnu Katsir, 4/121)

332. Syeikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menyatakan: “Di antara sebab dan faktor pendorong keimanan adalah tafakur kepada alam semesta berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhluk penghuninya dan meneliti diri manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman.”

333. Berkata Imam Syafi'i rahimahullah: “Semua orang senang pada wanita, tetapi mereka berkata: Mencintai wanita adalah awal sebuah derita. Bukan wanita yang membuat menderita, tapi mencintai wanita yang tidak mencintaimu itu yang membuat penderitaan bagimu.” (Diwan, hal. 12)

334. Imam Syafi’i pernah mengatakan: “Aku pernah meminum air zam-zam untuk 3 permohonan: Pertama, agar aku dijadikan pandai dalam memanah, maka permohonanku dikabulkan sehingga tidak ada sasaranku yang meleset, kedua agar aku dikaruniai ilmu, sehingga keadaanku seperti yang kalian lihat dan ketiga agar aku dapat masuk surga. Aku berharap semua itu dapat tercapai.” (Al-Jawahir wa ad-Durar: 79)

335. Ali bin Abdurrahman bin Hudzail berkata: “Ketahuilah, bahawa membaca kisah-kisah dan sejarah-sejarah tentang orang yang memiliki keutamaan akan memberikan kesenangan dalam jiwa seseorang. Kisah-kisah tersebut akan melegakan hati serta mengisi kehampaan. Membentuk watak yang penuh semangat dilandasi kebaikan, serta menghilangkan rasa malas.” ('Ainul Adab wa As-Siyasah: 158)

336. Syaikh Ibnu Jibrin berkata: “Pada umumnya, barangsiapa yang menghafal dengan cepat tanpa mengulanginya maka ia akan cepat lupa. Dan sungguh kebanyakan penuntut ilmu zaman dahulu mencurahkan kesungguhan dalam mengulang bacaan. Sampai-sampai salah seorang dari mereka membaca satu kitab sebanyak 100 kali sehingga melekat dalam benaknya.” (Kaifa Tathlub al-‘Ilm: 31)

337. Fakhruddin ar-Razi (wafat 606 H), beliau berkata: “Demi Allah, aku sangat menyayangkan terlewatnya kesempatan menyibukkan diri dengan ilmu pada saat makan. Sesungguhnya waktu amat sangat berharga.” (Uyun Al Anba’ fi Thabaqat Ath-Thiba’: 2/34)

338. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu pernah bersumpah bahawa tidak ada di dunia ini sesuatu yang paling perlu dipenjara dalam waktu yang lama melebihi lisan. (Jami’ul Ulum wal Hikam: 241, 244)

339. Dari Abdullah bin al-Qasim, ia berkata: “Kerana menuntut ilmu, membuat Imam Malik membongkar rumahnya dan menjual kayunya. Setelah itu kemuliaan mendekatinya.” (Tartib al-Madarik: 1/130)

340. Diriwayatkan dari Utsman RadialLahu'anhu: “Bingung dalam memikirkan perkara dunia akan menjadikan hati gelap, sedangkan bingung memikirkan akhirat akan menjadikan hati terang.” (Nashaihul 'Ibad, Imam Nawawi)

341. Berkata Imam Malik rahimahullah: “Ilmu itu bukanlah pada banyaknya riwayat hadis, tetapi ilmu itu ialah cahaya yang dijadikan oleh Allah SWT di dalam hati.” (Jami’ bayan ilm: 1/57)

342. Abdullah Ibnu Mas’ud pernah berkata: “Sesuatu itu dianggap sebagai Ilmu bukanlah disebabkan kerana banyaknya riwayat tetapi ilmu itu ialah apabila (membawa manusia) takutkan Allah.” (Jami bayan Ilm: 2/58)

343. Imam Al-Barbahari mengatakan Islam adalah as-Sunnah dan as-Sunnah adalah Islam, dan salah satunya tidak dapat berdiri dengan sendiri. Maka, sesiapa yang berpegang dengan as-Sunnah dialah yang melazimi al-Jama’ah (termasuk dalam Jama’ah). (Sharhus Sunnah, hal. 65)

344. Imam Ibnu Rejab Al-Hambali menyebut tentang Ahlul Sunnah sebagai: “Jalan yang dilalui oleh Nabi salallahualaihiwasalam dan yang diikuti oleh para sahabatnya yang terselamat daripada syubhat dan syahwat.” (Kaysful Kurbah, hal.15)

345. Tidak ada sesuatu yang lebih sulit aku ubati selain dari hawa nafsuku sendiri. Terkadang aku berhasil mengalahkannya, tetapi di lain waktu ia berhasil mengalahkanku. (Sufyan ats-Tsauri)

346. Imam Asy-Syafi'i berkata: “Aku ingin seandainya manusia menimba ilmu dariku dan tidak menisbatkan ilmu itu sedikitpun kepadaku.” (Shifatush Shafwah: 1/234)

347. Imam Asy-Syafi'i berkata: “Aku ingin setiap ilmu yang kuajarkan kepada manusia membuatku mendapat pahala dan aku tidak ingin pujian keatasnya.” (Hilyatul Auliya: 9/118)

348. Umumiat ialah setiap orang jadi daie. Apabila usaha dakwah dilakukan secara umumiat, pintu orang masuk Islam terbuka luas dan pintu untuk orang Islam keluar dari Islam tertutup rapat. Bila usaha dakwah tidak dijalankan, pintu untuk orang Islam keluar Islam terbuka luas dan pintu untuk orang bukan Islam masuk Islam tertutup rapat. - Maulana Muhammad Saad

349. Berkata Abu Darda’ dan Abdullah bin Rawahah Radhiallahuanhuma: “Iman itu seperti gamis, kadang dipakai kadang dilepas.” (al-Iman, no.30)

350. Kebaikan menghidupkan cahaya dalam hati dan kekuatan dalam beramal. Sedangkan keburukan menyebabkan kegelapan dalam hati dan kelemahan dalam beramal. (al-Mu'tamir bin Sulaiman at-Taimi)
Posted by Unknown on Monday, 28 April 2014 - Rating: 4.5
Title : Perkataan hikmah Orang Soleh #7
Description : 301. Sulaiman bin Dawud berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, apabila engkau berjanji maka janganlah engkau mengingkarinya. Kerana mengi...
Tweet

0 Response to "Perkataan hikmah Orang Soleh #7"

Post a Comment

Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Entri Populer

  • Jodoh oh jodoh
    menulis itu kayag diare(diare=men*ret). pengen keluar terus kalo emang waktuya. dan gak akan keluar klo emang blom waktunya, *stetmen ngawur...

Blog Archive

  • May (56)
  • April (51)

Labels

Adab Sunah Belajar Bahasa Arab biografi download nasyid Hukum Fiqih humor Kisah Sahabat Nabi Laporan Kerja Dakwah Afrika Selatan Laporan Kerja Dakwah Amerika Serikat Laporan Kerja Dakwah Arab Saudi Laporan Kerja Dakwah Colombia Laporan Kerja Dakwah indonesia Laporan Kerja Dakwah Inggris Laporan Kerja Dakwah Jepang Laporan Kerja Dakwah Laos Laporan Kerja Dakwah Malaysia Laporan Kerja Dakwah Pakistan Laporan Kerja Dakwah Prancis nasihat opini quran & hadist Tamsil
Copyright © 2014 Suara Islam Seruanku - All Rights Reserved
Design by Mas Sugeng - Powered by Blogger